Revolusi yang Belum Selesai
photo by: satuweb |
Semalam mereka datang lagi.
Dari layar kaca mereka
kembali gambarkan kisah.
Tentang bagaimana sebuah
prinsip dipertahankan,
tentang bagaimana sebuah
pengkhianatan mematikan.
Bagi sebagian orang, kedatangan
mereka menjemukan.
Padahal hanya sekali setahun
di tanggal yang sama.
Bagi separuh orang, kisah
mereka pelajaran berharga:
bangsa mengingat jika sejarah
buruk jangan terulang kembali.
Kelam;
seram;
mengundang geram.
Kisah mereka bukan dongeng.
Bukan karangan sastrawan
angkatan lama.
Mereka abadi dalam sejarah
bangsa.
Mereka terkenang di
hati-hati yang mencintai pengabdian tulus.
Meski, sebagian meragukan
keotentikan tayangan sejarah di panggung seni.
Percayalah, mereka sungguh
menanggung derita atas nama profesi dan kebanggaan ideologi.
Bayangkan jika hidup di masa
itu sebagai kerabat dan sanak keluarga.
Berapa banyak air mata
tumpah menjadi saksi kebiadaban?
Seberapa dalam hati terluka
mengingat kepergian yang dirampas paksa?
Bahkan sebagai saudara
sebangsa,
1965 adalah duka berdarah,
luka bernanah.
Selamat jalan pahlawan,
tenanglah di Sisi Tuhan Yang Maha Esa.
Kini, harta yang mereka
wariskan dari pengorbanan besarnya masih dijaga.
Masih hendak berusaha
dijalankan dengan sebaik-benarnya.
*
Betapa prinsip yang mereka
pertahankan sungguh sulit.
Negara kini dalam situasi hampir
pailit.
Menjadi musuh bangsa sendiri
selalu berkali lipat menyedihkan,
menyusahkan daripada
bertaktik mengusir bangsa penjajah.
Bagaimana tidak, yang
terkira kawan ternyata lawan.
Yang terang-terangan melawan,
menjarah seluruh milik pribadi
bahkan nyawa melayang
seperti tak berharga.
Negeri tercinta tengah diuji.
Tragedi terhampar di depan
mata.
Ujian bencana tak mampu
dinyana.
Ujian sosial melulu jadi
soal.
Ujian kemanusiaan berakhir
memilukan.
Ujian keadilan masih dalam
tuntutan.
Kesabaran harus tak terbatas
di tengah situasi yang tak menentu.
Padahal, jika mengaku
Pancasila hadir dan dihayati.
Semestinya bangsa ini
bersuka bukan berduka.
Bahwa segalanya berjalan
sesuai harapan.
Sayang, yang keras teriak tegakkan
demokrasi dan pancasila
justru menyimpang dan
mengkhianati pengorbanan.*(Na/011019)
4 komentar
Mantap, Mbak. Walau banyak yang meragukan keotentikannya, pengorbanan dan perjuangan para pahlawan tetap harus kita hargai dan patut kita teladani, ya ... 👍
BalasHapusIya benar sekali mbak. Terima kasih sudah membaca.
Hapus😢
BalasHapusPray for Indonesia, Bang
Hapus