Menulis Proposal Hidup kepada Tuhan
”Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, rugilah dia. Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dibandingkan dengan hari kemarin, celakalah dia. Dan barangsiapayang hari ini lebih baik dibandingkan hari kemarin, beruntunglah dia.”
Pepatah bijak tersebut
sering disampaikan guru saya semasa sekolah untuk memotivasi para siswa terus
menjadi lebih baik, rajin belajar dan tidak berpuas diri ketika mendapat hasil
yang bagus. Kutipan yang bila menjadi motto hidup niscaya diri akan tumbuh
menjadi pribadi yang baik karena terus berusaha membaikkan diri. Begitu pula
saya. Meski hingga hari ini masih jauh dari “baik”, saya tak berhenti
mengupayakan kebaikan diri.
Beragam cara saya lakukan: belajar
di majelis ilmu, berkumpul dengan orang-orang alim, mendengar rekaman ceramah luring
dan membaca buku motivasi. Ragam cara tersebut berkaitan satu sama lain yang
kemudian saya praktikkan sebagai upaya pemberdayaan diri. Hal yang paling
sering saya dengar dan baca adalah meningkatkan kemampuan diri atau mengubah
kebiasaan menjadi lebih baik dengan merencanakan dengan konsisten.
Beberapa hari terakhir, saya
sibuk menulis proposal berisi rencana hidup yang saya alamatkan kepada Allah.
Membuat proposal adalah hal biasa bagi mahasiswa yang sering terlibat kegiatan
kampus, namun proposal yang saya buat tetap berdasarkan sebuah panduan dari
sebuah buku. Ditulis oleh seorang motivator sukses mulia, Jamil Azzaini, buku
dengan judul “Tuhan, Inilah Proposal Hidupku” membimbing saya merumuskan tujuan
hidup beserta misi untuk mencapai tujuan tersebut.
Sepotong sampul proposal saya yang masih butuh diedit biar kece |
Ada lima langkah yang perlu
ditempuh untuk menyelesaikan proposal. Langkah pertama adalah saya harus
meyakini bahwa diri ini spesial dan diciptakan Allah istimewa dengan hal-hal
yang tidak dimiliki dan dilalui sama seperti orang lain. Keyakinan bahwa diri
saya spesial lalu saya tuliskan. Saya jabarkan dengan narasi-deskripsi bahwa
saya istimewa karena terlahir sebagai diri saya saat ini yang telah melakukan
hal istimewa dengan menjelaskan pencapaian, target yang terlampaui, hal-hal
yang membanggakan dan apapun pengalaman hidup yang berharga.
tuliskan semua yang membuat diri spesial |
ini versi lebih ringkasnya, tapi sebaiknya menulis keduanya |
Banyak orang yang memiliki
mimpi besar tapi yang dilakukannya tidak mendekatkan pada mimpinya, dengan kata
lain bahwa ia bermimpi tetapi tidak serius mewujudkannya. Lebih parah lagi jika
berada pada kondisi tidak mengetahui cita-cita atau tujuan hidup. Hidup
berprinsip seperti ikan mati: mengikuti arus, membiarkan ke mana arus kehidupan
membawanya.
Maka selanjutnya adalah menetapkan
prestasi terbaik yang ingin diraih. Buku tersebut memandu saya menetapkan
prestasi terbesar apa yang paling saya ingin wujudkan dalam hidup saya. Bukan
kaleng-kaleng, prestasi terbaik yang dituliskan adalah prestasi tertinggi di
puncak kehidupan yang spesifik, terukur, memiliki jangka waktu jelas untuk
diwujudkan, harus meningkatkan 4-ta (harta, tahta, kata dan cinta) dan harus
bermanfaat untuk orang lain.
Prestasi yang dimaksud bukan
sekadar pencapain kecil-kecilan, tapi prestasi besar yang berdampak memenuhi
semua kriteria yang disebutkan. Menuliskan bagian ini, menyadarkan saya jika
prestasi yang selama ini ingin saya wujudkan masih terbilang kecil. Meski
berefek positif bagi lingkungan sekitar, namun tidak besar kecuali untuk saya
saja. Prestasi yang dituliskan bukan prestasi jangka pendek, bisa saja
diwujudkan di usia matang 45 – 60 tahun.
Langkah ketiga adalah menjadi seorang ahli di bidang
tertentu. Jika masih merasa bingung perihal keahlian apa yang dimiliki maka
dapat menuliskan daftar kegiatan yang sering digeluti. Penulis mengarahkan saya
membuat tabel yang terdiri dari tiga kolom yang masing-masing berisi: kegiatan
yang saya sukai, kegiatan yang saya cintai, dan kegiatan yang menghasilkan. Pertanyaannya,
apa yang harus saya kuasai untuk melakukan pekerjaan yang saya cintai dan
menghasilkan? Itulah keahlian yang seharusnya saya pilih. Penulis mengingatkan
agar tidak membandingkan keahlian diri dengan orang lain, sebab masing-masing
manusia spesial.
Tidak berhenti pada kemampuan
itu saja, perlu komitmen diri untuk meningkatkan keahlian. Sebab ilmu
pengetahuan berkembang dari hari ke hari selalu ada sesuatu baru, maka penting
dan perlu meningkatkan skill dan keahlian. Misalnya saya ingin ahli di bidang pendidikan.
Maka, saya perlu membaca buku pendidikan, memahami dan berlatih model dan
teknik mengajar, menguasai proses asesmen, memahami karakter peserta didik dan
cara menanganinya.
Bahkan, tetapkan orang-orang
yang bisa membimbing sebagai guru: guru expert, guru spiritual, dan guru
kehidupan. Mereka bisa menjadi tempat belajar dan teman sharing. Tentu saja mereka perlu dihormati dan diperlakukan
selayaknya guru. Selain itu, perlu mencari dukungan orang-orang terdekat. Bisa
dengan menetapkan lima orang sahabat dengan alasan mereka mampu menjadi teman sharing, diskusi dan mendukung
sepenuhnya.
Langkah selanjutnya adalah
membuat target setiap 90 hari (per triwulan) yang terukur dan menantang. Target
ini dilakukan dalam rangka menyempurnakan hidup dan membiasakan diri menjalani
kebiasaan-kebiasaan baik. Target 90 hari dapat dituliskan dengan membuat tabel
yang terdiri dua kolom berisi bidang kehidupan yang setiap barisnya adalah
aspek-aspek: karya-karya yang akan dihasilkan, keuangan/finansial/aset,
kesehatan, keluarga, sosial-kemasyarakatan, dan kehidupan spiritual. Kolom
kedua berisi target 90 hari yang ingin dicapai pada setiap aspek.
Harus selalu diingat bahwa
target yang ditetapkan harus terukur dan menantang. Misalnya pada aspek
karya-karya yang akan dihasilkan ditetapkan target menulis satu buku setiap
bulan. Target yang ditentukan juga sebaiknya melampaui pencapaian supaya
tantangannya lebih terasa. Jika sudah mampu menghasilkan satu buku, targetkan
dua buku. Namun, tentu sebaik apapun target dirancang jika tidak disiplin tidak
akan tercapai.
Target 90 hari perlu
dibarengi dengan sikap yang mendukung, sikap berkualitas. Buku tersebut
menyebutkan tiga sikap dan perilaku: positif, produktif dan kontributif. Ketiganya
perlu dituliskan pula agar diri benar-benar memiliki ketiganya.
Langkah terakhir adalah menyampaikan
proposal yang telah dibuat kepada orang-orang terdekat agar mereka mendukung
langkah baik yang diniatkan. Mereka juga dapat bertindak sebagai pengingat
kalau diri ini lalai atau lupa dengan target. Saat menyampaikan proposal, tidak
boleh sedikit pun terbersit rasa sombong dan bangga diri. Dalam mewujudkan
tujuan, selalu meminta petunjuk kepada Allah agar diberi kemudahan.
Ketika berdoa, tunjukkan proposal itu dan
sampaikanlah, ”Ya Tuhan, inilah jalan
hidup yang ingin kutempuh. Bila dengan ini Engkau semakin cinta kepadaku,
bantulah aku untuk meraihnya. Tetapi bila dengan ini Engkau murka kepadaku,
keberadaanku menjadi tidak bermanfaat bagi orang-orang di sekitarku, berilah
aku petunjuk-Mu.” – Hal.85
0 komentar