Bermain Bersama Hujan

Oktober pernah membawa wangi tanah yang dibasuh hujan sore hari.
Kita menahan diri berdiam di ruang tamu. Menyesap teh hangat dan sepiring pisang berlumur gula.
Obrolan berpindah dari satu cerita ke cerita lain yang membawa ingatan kita pada masa kanak-kanak.

Keceriaan yang sempurna.
Kesenangan yang tak terbeli.
Kenangan yang tak terlupa

Sepasang kanak-kanak yang bersorak gembira.
Tatkala jarum-jarum air melenting menumbuk atap rumah.
Seperti Tuhan tengah memberi hadiah besar.

Baju dilepas, tanpa sandal berlari lalu melompat menginjak air tergenang di jalanan berlubang.
Hujan mengguyur kepala hingga kaki.
Wajah kita tengadahkan.
Kanak-kanak yang belum paham arti menenangkan, merasakan sederhananya bahagia.
Melepas tawa berderai bersama rasa asin yang menguar di langit-langit.

Membuat cemas perempuan paruh baya yang sudah berdiri di depan pintu.
Suaranya beradu dengan bebunyian air tumpah dari langit.
Kita kadang tak peduli lalu menjadi kasihan setelah perempuan itu ikut memburu.
Lupa berpayung, tak ingat mengalas kaki.
Demi mengejar kita yang menikmati permainan hujan.

Katanya, hujan bisa membuat sakit.
Kita tidak percaya.
Hujan pemberian terindah dari Tuhan.
Kita harus merayakannya dengan bahagia.
Kita selalu percaya hujan adalah hadiah spesial.
Meski dua tiga hari kita meringkuk di bawah selimut sambil menggigil.
Menyantap bubur encer tiga kali sehari.
Kita masih selalu percaya hujan adalah kado istimewa.
Di bawah selimut kita bersukacita. Tersenyum dengan mata terpejam.
Melafal syukur.
Merayakan air dari langit bergemerincing di atas seng tua.*(Na/131019)

4 komentar

  1. sama ni..nggk pernah dikasih emak mandi hujan

    BalasHapus
  2. Dulu paling seneng main hujan, sekarang udah enggak, takut basah ��

    BalasHapus
  3. Ingin ku kembali. Ke masa yang lalu. Bahagianya masa kecil ku. Jeje

    BalasHapus
  4. Masha Allah, menggambarkan hujan adalah rahmat. Bagus kak, apalagi bercerita tentang menikmati hujan diwaktu kecil😁

    BalasHapus