Arah Langkah, Sebuah Perjalanan Menemukan Makna Hidup
Arah langkah adalah sebuah jejak petualang yang dibukukan oleh
penulisnya, Fiersa Besari sewaktu menjelajahi Indonesia pada 2013 silam. Fiersa
memutuskan berjalan jauh keluar dari zona nyamannya, tanah jawa, demi
menyaksikan sendiri keindahan Indonesia. Namun, yang ia peroleh lebih dari
sekadar yang ia niatkan. Sebenarnya, Fiersa ingin menghapus rasa sakit hati
yang masih bersemayam di hatinya. Pengkhianatan cinta rupanya mendorongnya
berkenalan dan melihat sisi lain kehidupan.
Ia bersama kedua orang kawannya, Prem (Anisa) dan Baduy,
memulai perjalanan ke Palembang lalu ke Padang hingga sampai ke ujung barat
Indonesia di Sabang. Setelah menjelajahi Sumatera, mereka bergeser ke Sulawesi
dan memulai petualangan dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan
cukup lama di Sulawesi Utara hingga sebuah konflik internal terjadi dan
memisahkan mereka.
Fiersa bercerita tentang tempat-tempat yang mereka
kunjungi. Deskripsi lokasi dan suasana sangat pas tergambarkan. Mereka juga
berjumpa dengan orang-orang baik yang sudi memperlakukan mereka layaknya tamu.
Melalui percakapan-percakapan yang mereka lakukan, keakraban serta kehangatan,
tergambar bahwa penduduk lokal yang mereka temui juga memperlakukan mereka
layaknya kawan lama. Menjadi sebuah hal menarik dalam sebuah perjalanan.
Apalagi mereka bertualang sebagai backpackers
bukan turis. Penghematan jelas harus diupayakan dengan sebesar-besarnya.
Pertolongan penduduk lokal sangat membantu mereka.
Konflik yang terjadi selama perjalanan menjadi cerita
menarik. Tentang mereka yang harus berupaya merebut hati penduduk lokal
sehingga bisa menjadi akrab, perbedaan budaya dan pemahaman terhadap sesuatu
dan nilai-nilai yang tertanam di masyarakat setempat, dan tentang mereka
bertiga dalam memahami kondisi dan perubahan suasana hati masing-masing. Menjadi
pelajaran penting bagi pembaca yang senang dan berniat bertualang.
*
Saya selalu menyukai cerita petualangan dan catatan
perjalanan. Bagi saya, selalu ada pelajaran dan hikmah berharga yang bisa
dipetik dari setiap makna yang dicatat para pejalan. Saya memandang bahwa
perjalanan jauh adalah sebuah “kuliah” kehidupan yang tidak pernah bisa
diperoleh di bangku sekolah manapun. Semua nilai yang tertanam dalam diri akan
diuji dan dipakai ketika bersinggungan langsung dengan komunitas baru.
Melalui pertemuan-pertemuan dengan orang baru itu pula,
kita diuji untuk menyikapi perbedaan. Ada yang berhasil dan akhirnya bertahan,
ada yang gagal dan akhirnya pulang. Semua kembali kepada diri pribadi. Saya
melihat gambaran itu pada saat Fiersa dan kawan-kawan berada di Sibolga. Mereka
yang awalnya harus membayar untuk menyaksikan pertunjukan akhirnya menikmati
pertunjukan dengan cuma-cuma setelah pendekatan secara emosional yang berhasil
mereka lakukan. Bahkan berhadiah pula! Menginap gratis selama berhari-hari.
Cerita Fiersa mungkin terdengar menyenangkan dan mudah,
namun akan menjadi sulit bagi yang tak terbiasa bersosialisasi dan cukup
tertutup. Saya bisa merasakan bagian-bagian cerita Fiersa yang benar-benar
menyedihkan. Seakan saya mampu memahami bagaimana perasaannya dalam sebuah
situasi. Misalnya, saat tiba-tiba merindukan rumah setelah mendapat telepon
orang tua. Merayakan Ramadan dan lebaran di kampung orang.
Arah Langkah juga mengajarkan tentang keberanian untuk
terus melangkah. Bahwa orang baik akan selalu ada di manapun kita berada. Tuhan
akan selalu menolong saat hambaNya meminta. Buku ini menjadi menarik karena
ditulis dengan Bahasa khas Fiersa yang mengalir dan penuh diksi. Ada banyak
kutipan makna yang lahir dari perjalanan Fiersa yang disematkan di antara
baris-baris paragraf membuat pembaca langsung memahami apa yang penulis peroleh
dari titik perjalanannya.
Satu hal yang saya sesali bahwa saya menghadiri peluncuran
buku ini tahun lalu di MIWF dan baru berkesempatan menuntaskan sekarang.
Padahal, di tahun yang sama saya juga menjelajah Indonesia. Buku ini
menginspirasi cara menulis catatan perjalanan dan bahan eksplorasi untuk
tulisan sehingga kesannya tidak hanya menuliskan curhatan semata tapi juga
edukasi dan wawasan wisata Indonesia.*(Na/081019)
0 komentar