Pecinta Puisi

Pernah saya berucap kepada teman yang pandai berpuisi: mengapa saya gagal paham dengan puisi kontemporer karya seseorang? Amat baik ia meramu kata dan memadupadankan dengan begitu indah. Tapi saya tidak tahu kenapa ini mesti dirangkai dengan ini?

Dia bilang: baca puisi adalah menikmati keindahannya, buka mencari makna. Tapi saya tahu banyak yang mencintai karya  SDD karena maknanya, tidak melulu liuk bahasanya yang sudah tidak perlu dipertanyakan.

Lalu saya diajak ke sebuah festival dan menikmati bercarik-carik puisi yang dibacakan. Saya membatin: mengapa orang-orang ini begitu pandai berpuisi dan saya belum bisa meramu sepertinya?

Saya jawab sendiri: mungkin karena saya belum benar-benar mencintai puisi layaknya ia mencintainya sepenuh jiwa dan melahap begitu banyak buku puisi sambil terus menenun kata-kata yang bercorak indah.

Sama halnya dengan pertanyaan saya kepada diri sendiri: mengapa saya belum bisa sesolehah Khadijah? Saya jawab lagi sendiri: (mungkin) karena saya belum benar-benar mencintai Allah serupa ia mencintainya dengan penuh pertaruhan seluruh apapun yang dimilikinya. Menekuri ayat-ayat suci dan hadis-hadis sahih sembari terus menyulam amalan kebajikan.*

0 komentar