Kepada Wakil Rakyat

Kami pikir, mereka duduk di kursi kekuasaan menampung aspirasi kami.
Meneruskan kepada pemimpin tertinggi demi hidup yang damai nan tenteram.
Namun di akhir usia kuasa, mereka kecewakan kami dengan berbagai aturan baru yang berpeluang melumpuhkan sendi hidup.
Tak hirau penolakan, abai dengar jerit hati.

Kami kira, mereka bersuara lantang di forum nasional sebagai penyambung lidah kami.
Deras perjuangkan yang kami sampaikan.
Namun mereka lebih suka berdebat, pertahankan argumen yang jauh dari teriakan kami.
Semua demi keuntungan pribadi dan kelompok.

Sudah berkali-kali kami kecewa.
Sudah berkali-kali pula kami menyadarkan.
Kami memilih;
Kami merasa terkhianati, keliru meletakkan amanah di pundak yang pura-pura kokoh.
Kami merasa tertipu, yang kami kira menepati janji rupanya hanya menjual pepesan kosong.
Kami merasa bodoh, rela tertipu dan terkhianati.

Kami memberi kesempatan.
Ya, kami memang sabar.
Keras kehidupan telah cukup sering menempa.
Mengajarkan bahwa harap cukup pada Pencipta manusia.
Tapi kami tak ingin terus kecap derita di negeri besar nan kaya yang kami cintai ini.
Anak-anak kami, kaum intelek seperti mereka pada suatu masa adalah sebenar-benarnya "wakil rakyat".


Hari ini mereka kuliah di jalan.
Pamit pada orang tua di kampung, izin pada dosen di kampus, berharap sedikit aksi mereka membuka lebar mata penguasa, menajamkan telinga para pemimpin.
Melihat dan mendengar yang sering mereka pinggirkan.

Hari ini mereka berkumpul di rumah kebanggaan orang-orang yang mengaku diri wakil kami.
Teriakkan aspirasi yang selama ini hanya kami gunjingkan di tempat kerja.
Gaungkan suara hati yang hanya senyap di ruang hampa.
Bersesak-sesak di tengah sesama pejuang, padat kendaraan, terik mentari, dan makian rakyat yang dongkol jalannya terhambat.

Tujuannya sekali lagi; berharap menyentil nurani penguasa bahwa ada keputusan yang perlu didiskusikan, dipertimbangkan dengan sangat matang sebelum diputuskan.
Mengapa tergesa jika mengaku perjuangkan hidup kami?
Atau semua, semata demi keselamatan mereka?

Semua berharap kesejahteraan bangsa ini, hidup layak tanpa berkekurangan.
Semua berharap keamanan negara ini, kebebasan hidup tanpa intimidasi.
Semua berharap yang terbaik bagi NKRI ini, kemajuan menuju kemandirian.
Tak ada yang berharap mundur ke masa gelap.

Kepada mereka yang mengaku wakil rakyat: bersikap, bersuara, dan bertindaklah sebagaimana harusnya.
Sebagaimana kalian pernah berjanji dengan sangat meyakinkan.*(Na/24919)


0 komentar