Gara-gara Udang

Tak terhitung berapa kali Raras membujukku, akhirnya kuiyakan karena tak tega. Maka sore itu selepas bubar ngantor kami sudah duduk bertiga dengan cowok yang hendak dikenalkannya di resto Jepang berinisial Roppan.

"Kalian pilih aja yang kalian suka, gak usah khawatirkan harga." Katanya tersenyum simpul.

Raras bilang kalo pertemuan ini mengesankan, bisa jadi akan ada pertemuan lain di tempat yang lebih asik dari hari itu. Hmm, Aku memesan tempura yang rupanya adalah olahan udang. Raras memesan ramen dan dia, cowok itu, pesan sushi. Makan di resto jepang tentu saja wajib pakai sumpit.

Aku yang lupa kapan terakhir kali menggunakan dua ruas buah bambu itu, atau bahkan tidak pernah, malah menjatuhkannya saat makanan sudah terjepit di kedua ruasnya. Makanan jatuh juga sumpitnya. Aku yang mangap segera menelan ludah dan salting. Dia yang belum makan langsung memanggil pramusaji, meminta dibawakan dua sendok. Dua sendok? Rupanya sendok itu satu untukku dan satu untuknya. Sushi pake sendok?

Aku yang akhirnya melahap makanan pakai sendok kemudian merasa panas.

"Mukamu merah!" Kata Raras panik. Mulutnya setengah menganga hingga ramen yang baru diseruputnya menjuntai keluar sampai ke dagu.

Dia juga tak kalah paniknya. Berdiri dan hendak memanggil pelayan lalu duduk lagi. Bingung harus bersikap bagaimana.Dia akhirnya duduk diam mengamatiku sambil mengipasi wajahku dengan tangannya.

Pertemuan itu berakhir cepat saat ia masih hendak menyendok sushi terakhir tapi diurungkan karena alergiku kambuh setelah makan udang.

Akhir pekan selanjutnya kutanyai Raras tentang apakah ada pertemuan lanjutan di tempat yang katanya lebih asik itu. Selain penasaran, tentu agar satnite-ku sedikit berwarna. Raras bilang lelaki keturunan Jepang itu tidak pernah lagi membalas pesannya. Hanya dibaca :( Padahal aku sudah bisa pakai sumpit setelah melihat berbagai tutorial di Youtube. Sepekan yang kuhabiskan berlatih memakai sumpit.

Kuharap dia tidak pernah tersinggung mengira mukaku memerah menahan tawa melihat dia makan sushi pakai sendok. Meski saat itu aku benar-benar menahan perut dan bahuku agar tidak berguncang.*

2 komentar


  1. semangat kakak untuk karya berikutnya yaaaaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat juga untuk kakaknyaaa... makasih sudah menyempatkan baca :)

      Hapus