Catatan dari Gelaran China Open Super Series 2019


Gelaran China Open Super 1000 baru saja berakhir hari Minggu kemarin. Turnamen ini termasuk salah satu yang penting dan bergengsi dalam Badminton World Tour 2019. Banyak hal menarik dan menghibur dipertontonkan saat putaran final berlangsung. Meski sebenarnya, setiap turnamen selalu memperlihatkan hal menarik dan di luar prediksi.

Berlangsung di Chongzou, putaran final dibuka oleh pertandingan dua wakil tuan rumah di sektor ganda campuran, Zheng Siwei/Huang Yaqiong melawan /Huang Dong Ping. Keduanya adalah pemain peringkat atas (satu dan dua) dalam rangking ganda campuran bulutangkis dunia. Mereka bermain sengit sampai tiga babak yang akhirnya dimenangkan Zheng Siwei/Huang Yaqiong. Sekaligus menjadikan mereka hattrick menyapu bersih super series 1000 tahun 2019 (All England, Indonesia Open dan China Open). Betapa pasangan ini telah menunjukkan kepada dunia bahwa mereka yang terbaik saat ini dan sulit tertandingi.

Sedikit sekali pasangan yang mampu mengalahkan mereka. Penerus Zhang Nan/Zhao Yunlei yang berpeluang besar merebut emas OG Tokyo 2020 mendatang. Kedua pasang wakil China yang membuka final tersebut menjadi bukti kekuatan dan dominasi China di sektor ganda campuran. Perlu diakui, mereka memang yang terbaik saat ini, saling bergantian meraih gelar. Sebuah kebanggaan untuk China yang sekarang tidak lagi berjaya disemua sektor. Wakil Indonesia, selepas kepergian Liliyana Natsir belum terdengar menjuarai suatu turnamen lagi. Menyedihkan, tapi seharusnya tidak membuat penonton Indonesia pesimis.



Kebanggaan warga Tingkok

Pertandingan kedua ada Tai Tzu Ying dari Taiwan yang berhadapan dengan Carolina Marin dari Spanyol. Bagi keduanya yang berhasil sampai ke final, pertandingan ini adalah penentu, semacam bangkit dari kepahitan. TTY, berhasil revans dari Chen Yufei (China) yang mengandaskannya di final All England. Marin yang baru sembuh dari cedera yang menahannya bermain tujuh bulan sampai harus terlempar dari 10 besar rangking tunggal putri dunia.

Babak pertama dimenangkan TTY, optimisme tumbuh. Namun, babak kedua Marin bergelora hingga mengantarkannya memenangkan babak ketiga dan tentu saja gelar juara! Sebuah come back yang mengejutkan dari Marin. 



Selamat Marin, TTY come back stronger ya!

Selanjutnya, ada pertandingan MoMoGi, Kento Momota (Jepang) dengan Anthony Sinisuka Ginting (Indonesia). Pertandingan fenomenal dan ditunggu. Mengingatkan banyak pecinta bulutangkis dengan pertandingan legenda bulutangkis, Lin Dan dan Lee Chong Wei. Mereka dianggap adalah musuh bebuyutan dan selalu menyajikan permainan seru, saling bergantian memenangkan pertandingan.

Musim lalu, Ginting mencatatkan namanya sebagai juara di turnamen yang sama. Berhasil ke final, tentu saja harapannya adalah mempertahankan gelar juara. Namun, sayang seribu sayang takdir berkata lain. Meski sudah berusaha sampai tiga babak bermain, Kento Momota merebut gelar itu. Betapa nyeseknya menonton set ketiga. Benar-benar nyaris! Ginting menyusul poin sampai 19 sama dari 16-19, tapi justru berturut-turut error di dua poin kritis.

Setelah selebrasi kemenangan, Momota lalu menyambangi Ginting di balik net. Berpelukan dan mengajak bertukar baju. So sweet banget kan. Momo mungkin menyadari perhatian pecinta bulutangkis kepada mereka berdua, pertemuan yang mendebarkan dan menghibur. Well, MoMoGi is always worth a wait. 


Tetap so sweet sekalipun rival

Selanjutnya, wakil China kembali beraksi di sektor ganda putri, Chen Qingchen/Jia Yifan melawan wakil Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahasi. Belakangan, final turnamen di sektor ganda putri selalu didominasi pertemuan dua wakil Jepang. Daftar ranking juga mencatat tiga nama teratas berasal dari Jepang yang sering mengandaskan wakil Indonesia, Greysia/Apriani.


Bermain di hadapan publik sendiri membuat wakil ganda putri China bersemangat. Mereka menjadi satu-satunya yang bermain tanpa babak ketiga. Satu kebanggaan ditorehkan lagi.



Senyum Dora lebar banget, pasti bangga

Partai terakhir paling ditunggu masyarakat Indonesia, ganda putra yang mengirim dua wakil bertarung berebut gelar. Untuk kesekian kali, Indonesia memastikan gelar juara sebelum permainan berakhir. Lagi- lagi Minions (Kevin Sanjaya/Marcus Gideon) melawan Daddies (Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan).

Di semifinal, Minions berhasil mengalahkan rekan senegaranya, ganda putra yang pelan merangkak menuju lima besar, Fajar Alfian/Rian Ardianto. Sementara Daddies berhasil menyetop langkah ganda China, Li Junhui/Liu Yuchen. Duo menara itu gagal bertemu musuh bebuyutan, Minions. Padahal mungkin niatnya akan mempermalukan mereka di hadapan pendukungnya.

Pertandingan Minions melawan Daddies juga selalu menghibur. Di final, Daddies mengerahkan tenaga bermain tiga babak, seringnya dua set saja. Meski akhirnya harus kalah lagi, Daddies tetap di hati. Peraih gelar juara dunia 2019 ini sudah lebih dari cukup. Lagi pula, yang mengalahkan Minions, sesama pemain Indonesia.

Bagi pendukung fanatik Daddies, kecewa boleh saja, tapi perlu diingat jika mereka sudah tidak muda dan tak perlu memaksakan stamina. Mereka telah membuktikan banyak hal bahwa mereka old but gold. Banyak harapan untuk terakhir kali mereka bisa meraih gelar tertinggi di podium OG 2020. Semoga saja. Tentu sebagai peringkat pertama, Minions juga tak mau kalah membuktikan diri. Capaian ini membuktikan bahwa ganda putra Indonesia adalah pemain berkualitas dan susah dikalahkan. 



Indonesia bangga memiliki kalian <3 td="">

Perhelatan China Open Super 1000 memperlihatkan pemain-pemain yang berjaya di kelasnya. Juga pemain-pemain yang pernah berjaya dan bangkit lagi. Semua masih memungkinkan di lapangan bulutangkis. Sampai jumpa di turnamen berikut hingga World Tournament Final 2019.*(Na/23919)


Gambar: bulutangkisri_
______________


PS: Saya mau cerita sedikit, jika ada yang bertanya-tanya mengapa gambar pembuka ada foto Momogi di depan MoMoGi. Hahaha. Jadi itu adalah gambar hadiah uang yang diubah menjadi gambar camilan Momogi. Sebelum final berlangsung, tepatnya saat Ginting berhasil melaju ke final, teman saya sesama pecinta bulutangkis mengunggah foto sebungkus camilan Momogi disertai caption: "besok final MoMoGi, semangat ya Ginting (bagi yang paham aja).

Seketika saya ngakak, jarang banget dia unggah begitu di status Watsap. Saya balas dengan, "hahah terniat". Entah mengapa, ketika malam saya malah bermimpi adik saya membelikan empat bungkus momogi cokelat yang memang sering banget kami beli kalo belanja di warung tetangga.

Esoknya, dengan sangat mengejutkan, ibu saya membawa sekotak Momogi rasa tutti frutty. Edan! Bisa pas begitu! Padahal tidak ada yang rekues dan cerita. Cocokloginya pas banget. Saya jadi tertawa-tawa ketika mengingatnya. :D Sayangnya, harapan saya di lapangan tak berwujud nyata. Meski begitu, saya selalu senang melihat MoMoGi.

4 komentar

  1. semoga selalu berjaya bulutangkis kita

    BalasHapus
  2. Wow amazing. Tetap semangat kak hihi slama literasi dari Selvi Febriani group Adelaide

    BalasHapus
    Balasan
    1. siap! kamu juga!
      salam kenal :))
      sayangnya gak cantumin profil blog :(

      Hapus