Jangan Khawatir, Jangan Menyerah!
Pernah pada hari-hari yang sunyi, hati ini ramai oleh aneka rupa rasa yang menggelisahkan.
Berhari-hari bimbang, belum jelas kapan berujung.
Hidup di masa kini, pikiran mengenang masa lalu.
Ada sesal yang mengganjal, belum tuntas menyoal trauma dan perasaan-perasaan yang tertinggal.
Mengapa begini, mengapa begitu.
Andai begini, andai begitu.
Kadang-kadang, mengenang yang sudah lewat justru membuka luka lama.
Menyadarkan jika hati belum sepenuhnya menerima TakdirNya.
Menegur bahwa ada lelaku yang tak baik, nanti menjadi paham harus bersikap bagaimana agar tak kecewa lagi.
Menerima akan menjadikan hati ikhlas.
Memahami bahwa Dia mengajarkan cara menyikapi hidup dengan ujian sesuai takaran kemampuan.
Hidup di masa kini, pikiran jauh menerawang ke masa depan.
Isi kepala penuh angan-angan.
Sibuk menerka harapan kan berwujud apa.
Khawatir melanda kalbu, keyakinan pupus. Putus asa menjadi akhir cerita.
Ah, tidak. Akhir kisah seharusnya tak menyedihkan.
Cerita masih berlanjut, Dia belum bilang cukup.
Mengapa harus mengakhiri, jika ternyata masih berlanjut?
Jika ternyata kesempatan masih besar untuk mengubah jalan cerita.
Pertanyakan ikhtiar sudah seberapa sering?
Doa sudah seberapa banyak?
Kuat-kuatkan hati bahwa instan bukan sifat keberhasilan.
Cepat belum tentu baik.
Setiap insan punya garis takdir berbeda, punya jalan cerita sendiri; lurus, berkelok atau keduanya.
Terjal, berliku atau apapun itu, semua masih berkesempatan mereguk nikmat yang sama, kebahagian dalam defenisi masing-masing.*(Na/22919)
20 komentar
Jangan khawatir jangan menyerah, terus melangkah
BalasHapusKebahagiaan dalam definisi masing
BalasHapusKlw kakak defenisi bahagianya apa ??? #kepo
Memastikan kalau matinya husnul khotimah :D
Hapus"instan bukan sifat keberhasilan" ngena banget Kak :"
BalasHapusTerima kasih atas tulisannya, suka <3
Terima kasih juga sudah berkenan baca :))
HapusDiksinya kaya.... Suka.. 🥰
BalasHapusMbak, ini masih belajar. Kaku banget rasanya. Terima kasih 😊
HapusJangan khawatir, jangan menyerah! Mencoba menerima masa lalu, memaafkan diri sendiri😊
BalasHapusSiap kak!
HapusEveryone has their own timeline ����
BalasHapusthat's right, mbak :)
HapusAh gue suka tulisannya. bikinin kayak melody dalam puisi dong. biar makin greget. hehe
BalasHapusKurang pede mas, nanti kucarikan relawan yang mau sumbang suara hahah.
HapusSetiap orang punya takdirnya...
BalasHapusSelaku bersyukur dan terus berjuang
BalasHapusSiap mbak!
HapusKebahagiaan.ku.. Ketika berdamwnya.. Ho..ho😂🤣
BalasHapusWow, jangan menyerah. Tikung di sepertiga malam ya 😂
HapusTypo..bersamanya😅
BalasHapuskamu "bersenandung", aku mendengar hikmah. :')
BalasHapus.
.
Arsilogi.id