Mendadak Oppa (1)

Emak tidak mengenal anaknya di antara segerombol orang yang muncul dari pintu kedatangan bandara. Seorang pria berkulit putih kinclong dengan potongan rambut mangkok berkacamata hitam dan penampilan yang sangat bergaya, menarik koper besar diikuti gadis-gadis yang setengah histeris. Pria itu mendekati Emak dan menarik tangannya menjauh dari kepadatan lalu masuk ke dalam taksi yang dipesannya.

"Eh, eh, mas gak salah orang? Itu Emak saya. Saya lagi tungguin abang saya."

"Abang yang mana?" Pria itu melorotkan kacamata tanpa membukanya sehingga kedua mata lebarnya terlihat.

"Eh ini benar Bang Joni?"

"Masuk dulu cepat!"

"Ini benar Joni bin Sueb?" Emak tak mau ketinggalan bertanya.

"Emang siapa lagi anak Emak yang paling ganteng se-Bojong Kenyot!" Kata lelaki yang dipanggil Joni sembari menyuruh sopir di sebelahnya segera melajukan taksi. Khawatir perempuan-perempuan yang mengikutinya di Bandara nekat membuntuti taksi yang ditumpanginya.

"Lah iya, ganteng banget sekarang. Emak jadi kagak kenal."

"Iya Abang sekarang mirip artis-artis plastik. Dipanggilnya kalo gak salah Oppa gitu." Si adik perempuan yang bernama Marni itu masih terkagum-kagum dengan ketampanan abangnya yang menjadi-jadi. "Eh, apa jangan-jangan itu anak-anak cewek tadi ngikutin Abang karena dikira Oppa?"

"Bisa jadi. Sekarang gantengnya udah selevel kan?"

Marni dan Emak yang duduk di kursi penumpang belakang saling berpandangan. Mereka masih terheran-heran. Sejujurnya belum bisa menerima kenyataan Bang Joni berubah drastis. Mereka masih segan satu mobil dengan anggota keluarga yang terasa asing. Akhirnya Marni hanya diam dan lebih sering memandang ke luar kaca jendela. Emak sebenarnya punya banyak pertanyaan di kepalanya yang sudah hampir meledak saking banyaknya. Tapi belum diutarakan karena anak lelakinya itu sering bicara sendiri, mengeluhkan jalanan dan situasi yang dibandingkannya dengan kota rantau.

Setelah keluar dari area bandara, mereka melewati rute menuju rumah yang sering macet. Di atas taksi Bang Joni mengipas diri dengan kipas tangan unyu berwarna pink yang dipelototi Marni. Padahal AC mobil telah diatur paling dingin.

Berpuluh-puluh menit habis di jalan setelah beberapa titik macet mereka temui. Bang Joni semakin gerah, keringat mengucur di wajahnya yang sudah sepuluh kali lebih putih dari lima tahun lalu sebelum meninggalkan rumah. Bajunya basah. Ia mengeluhkannya lagi.

"Baju basah karena macet ampun deh! Biasanya baju basah karena latihan." Ucap Joni sembari mengelap keringat dengan tisu.

"Lah, latihan nari? Abang benar jadi kayak Oppa?" Marni kepo.

Bang Joni membalik badan dan melorotkan kacamatanya. Hendak menjawab  namun malah menaikkan ujung bibirnya ke atas, senyum sok cool. Marni tak mengerti.

[Bersambung]

14 komentar

  1. Untungnya bang Joni ini masih ngaku emaknya ...

    BalasHapus
  2. saya bacanya sambil ketawa mba..cerpennya lucu

    BalasHapus
  3. Membuat penasaran gimana kelanjutannya di "Mendadak Oppa (2).." wkwk
    .
    .
    Arsilogi.id

    BalasHapus
  4. Penulisan dialog tag-nya kadang masih suka lupa ya, Mbak? ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang mana mbak? Saya review-edit lagi. Terima kasih :)

      Hapus
  5. Kayaknya cerpennya seru, lucu, orang Indonesia yang mendadak jadi oppa😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya niatnya mau agak lucu semoga ngga garing ya

      Hapus
  6. Joni bin Sueb, kirain Joni ensiti 😅Aku tunggu part 2 nya Kaaak

    BalasHapus