Subuh Langka Penuh Kenangan

Ilustrasi suasana subuh (sumber: ada digambar)
Dulu, tiap kali sholat subuh usai ditunaikan, masjid tidak pernah sepi. Selalu ada saya dan teman-teman yang asyik berburu pahala lewat aktivitas ibadah yang dituntun oleh Kak Wiwin. Kak Wiwin adalah salah satu imam masjid yang usianya terbilang muda. Dia jugalah motor penggerak remaja masjid yang membuat kami lekat dengan aktivitas-aktivitas masjid. Suatu pagi, selepas tadarrus dan belajar fiqih kami bercerita lepas. Kak Wiwin mengusulkan ide yang menantang kami untuk mengisi kultum subuh di bulan ramadan. Beliau menawarkan bantuan menulis isi ceramah, namun kami menolak dan menulis isi ceramah sendiri berbekal Alquran dan  fiqih islam yang tebalnya ribuan lembar. 

Saya mendapat giliran pada subuh ke-21. Saya mendengar lantang Kak Win yang baru saja mengimami kami, memanggil nama saya untuk ke mimbar. Kultum subuh saya sederhana, tentang ciri-ciri orang munafik dan perlakuan terhadapnya. Jamaah bapak-bapak tunduk dan beberapa terlihat manggut-manggut, sementara di shaf belakang jamaah perempuan, juga teman-teman saya, mengepalkan kedua tangannya ke udara sambil menggerakkan mulutnya. Mungkin mereka memberi semangat. Tak sampai tujuh menit, saya menyudahi aksi itu. Dari sekian subuh di bulan ramadan, subuh kali itu adalah suatu subuh langka penuh makna yang mengajarkan perjuangan dan keberanian kepada saya. Subuh yang memberikan pengalaman rasa yang tak kan terlupakan.***

Jumlah kata: 199 kata


0 komentar