Muslimah Cilik Penyaji Takjil

Cilik? Entah apa kata itu masih pantas disematkan pada remaja yang telah duduk di bangku SMP dan SMA, yang usianya berbeda 10 tahunan dengan saya? Tapi untuk urusan perdapuran, apalagi bila harus memasak dalam jumlah banyak, hal itu terbilang masih jarang terjadi (menurut pengamatan saya). Maka saya menyebut mereka koki cilik, oh mungkin lebih keren koki junior biar sama seperti acara-acara lomba masak di TV, dengan peserta anak-anak yang jauh lebih muda dari mereka.

Ramadan tahun ini, sekolah saya mengadakan program ramadan yang seru dan mengasyikkan. Dari English camp, games, sampai menyediakan takjil yang dilakukan siswi-siswi saya. English camp diadakan selama sepuluh hari penuh. Para siswi menyambut hal itu dengan antusias. Mereka dikelompokkan sampai delapan orang dan dibimbing mentor dari luar yang sudah jago berbahasa Inggris. Sejak pagi lingkungan sekolah telah penuh dengan kelompok-kelompok siswa yang membentuk lingkaran menyebar di berbagai titik. Ada yang di taman, ada yang di gazebo, di masjid, sampai di dekat kebun.

Saat pagi di hari biasa, saya sering menjumpai beberapa siswi dengan wajah menahan kantuk dan menguap berkali-kali. Bahkan terkadang ada yang mencuri-curi waktu untuk memejamkan mata dan mencoba menyelami alam mimpi. Tapi saat English camp, mereka terlihat bersemangat tanpa ada wajah yang menahan kantuk ingin tidur. Mereka menjalankan kegiatan itu dengan sangat baik. Mungkin mereka mencoba menghargai sepuluh hari yang singkat dengan sebaik-baiknya.
Yeyy... dapat predikat Rangkin 1 bidang studi IPS 😄
Selepas English camp, kegiatan pagi diisi dengan games ranking satu. Tahu dong permainan yang sering ditayangkan di TV itu. Perharinya, panitia menyediakan pertanyaan berdasarkan mata pelajaran.  Mereka menulis jawaban di selembar kertas. Siswi yang berhasil menjadi ranking satu akan mendapat hadiah menarik dari panitia dan tentu saja hal itu membahagiakan!
Potong, potong!
Di siang hari, mereka akan disibukkan dengan tugas masak memasak di dapur. Mereka dikelompokkan sampai dua puluh orang. Kata Ibu koordinator, menu buka puasa itu dipilih sendiri oleh tiap kelompok. Bahan-bahannya dibelikan, masaknya mereka yang laksanakan. Saat memasak mereka tahu sendiri bagaimana cara mengolahnya. Dari yang memotong daging ayam, bentuk potongan, mengolah udang, mencampur bahan-bahan, sampai meracik bumbu mereka lakukan dengan pengetahuan mereka. Tetap saja sih, ada panitia yang berada di sekitar mereka dan sesekali memberi masukan.
Ngabuburit nih!
Tim Penyaji Takjil. Hebat👌👍
Menu hari ini
Saat sore hari, dapur yang berukuran kira-kira 3x5 m itu akan nampak lebih sesak. Para siswi akan bergerak lebih gesit. Suara wajan, panci, dan piring hidangan akan terdengar saling beradu dengan meja, sendok, dan wadah lainnya. Suara-suara perintah juga akan lebih sering terdengar. Aroma gorengan ayam, sirup dari kuah es buah bercampur susu, tumisan sayur, dan gorengan akan bergantian menumbuk indera penciuman. Membuat yang menghirup aromanya menelan liur cepat-cepat.
Kegiatan berbuka dilakukan di lapangan sekolah yang beralaskan rumput sintetis, lalu kembali dialasi dengan plastik untuk ditempati duduk. Para siswi akan duduk berbaris memanjang saling berhadapan. Biasanya akan digelar sampai empat alas plastik. Hidangan ifthar akan disediakan di atasnya, es buah, kue-kue, dan gorengan. Khusus untuk makanan berat, disediakan di atas meja dan kegiatan makan bersama dilakukan selepas sholat magrib berjamaah.
Sebentar lagi berbuka
Menu makanan berar
Saya pernah sekali ikut meramaikan buka puasa akbar di sekolah. Hidangan takjil tidak dibuat oleh siswi, tapi pegawai dapur dengan jumlah yang jauh lebih banyak dari biasanya. Para siswi biasanya ngabuburit dengan tadarrusan. Saat langit mulai menunjukkan biru gelapnya, adzan magrib sebentar lagi akan terdengar. Semua bersiap dengan jatah iftharnya. Tepat saat takbir adzan terdengar, hap hap hap… nyam nyam nyam…. Semua menyantap dengan bahagia. Memberi komentar terhadap apa yang mereka makan. Tidak ada mencela, sebab mencela berarti membiarkan diri tersiksa untuk melanjutkan puasa sampai malam.

Saya bangga dengan mereka sebab mampu melakukan kerja sama tim yang baik untuk menghasilkan makanan yang lezat dalam jumlah yang banyak dan waktu yang terbilang singkat. Pak direktur pernah bilang kalau menu ifthar yang kala itu risoles adalah yang terbaik yang pernah dimakannya. Suatu bukti kalau masakan para siswi itu benar-benar enak dan sesuai standar. Manis asinnya bisa sedikit dimaklumi, orang puasa hanya mampu memprediksi takaran. Sekali lagi selamat untuk para siswi yang telah mampu melalui hari-hari Ramadan di sekolah dengan baik.  Bolehlah, di hari-hari biasa kalian saja yang masak. :D***

Gambar: Dokumentasi Panitia Ramadan Sekolah

0 komentar