Dua Juli Saat Ramadhan

Kepada pemakai hitam, putih, merah muda kala itu,
Kamu menatap nanar padaku
Terlihat guratan kecewa yang tersembunyi dibaliknya
Aku tak sanggup memandangmu lama
Tak sanggup pula menyapa dan menegur
Hanya bisa berpaling, membenak yang terawang-awang
Semakin memandangmu, semakin nampak rasa itu
Sungguh sangat ingin kusampaikan kepadamu semuanya
Tapi tak terucap pun, sepertinya rasa itu telah mengudara melingkupi kita
Telah menyebar ke sekujur tubuhku hingga membuat segalanya kaku
Entah bagaimana persepsimu.
Semoga kita tetap baik-baik saja tanpa prasangka.


Kepada dia yang kucinta,
Dalam kebisuan cukup panjang, engkau mencoba menggali humor
Tapi sayang, aku masih betah dalam kebisuan yang menenangkan
Beberapa kali mencari celah, lelagi semuanya buntu
Kebisuan dan keheningan seperti ini rasanya menenangkan (?)
Tak perlu mengundang prasangka dan kegundahan
Mereka sepertinya simpati, bahwa ada yang salah diantara diamku
Sekali lagi aku berteriak dalam hati, tidak ada yang salah
Dia menyerah. Aku masih tetap dalam diam 'yang menenangkan'
Entah sampai kapan.
Semoga kita tetap baik-baik saja tanpa prasangka.


Kepada dia yang memberi harap,
Kau menitip berlembar kertas kepadaku untuk seseorang,
demi kita.
Aku tak menemukan dia yang dicari siang itu
dan Aku tak cukup niat mengejarnya meski tahu keberadaannya.
Aku akan mencarinya lagi, demi kita.
Semoga esok aku bisa menuntaskan amanah itu!


Kepada dia yang dititip harap,
Selang sedetik saat kau menemuiku, aku menyerang dengan seribu kata
Ku lirik dirimu, Kau lalu membenak dan berusaha mencerna
Aku telah memilihmu, menitip harap padamu tentang ini.
Berjuanglah untuk kita.
Esok mungkin belum tentu ada harapan yang sama
Maka jaga harapanku dan mari menuntaskannya bersama.
Semoga kali ini benar-benar rezeki kita.


Kepada dia yang 'komat-kamit',
Aku melihatnya tapi tak mendengarnya
Aku melihatnya tapi tak mengetahuinya
Entah apa dan untuk siapa... Ini bukan persangkaan buruk
Kini aku bukan lagi dia yang berarti bagimu
Bahkan kesenanganku tidak lagi berarti apa-apa bagimu.
Hidupmu, hidupku.
Doamu untukmu, doaku untukku.
Tuhan kita tetap sama.
Mendengar masing-masing doa hamba-Nya.
Semoga kita tetap baik-baik saja tanpa prasangka.


Kepada dia yang tetiba mengundang gelisah,
Sedetik kita bertemu pandang, lalu detik kemudian aku berpaling
Tak peduli apa kamu melihat atau tidak lagi
Aku terus berjalan dan berusaha mengabaikan memori yang telah menyimpan pertemuan tadi
Di menit yang entah kita bertemu lagi, aku tak mau peduli
Namun, kau berlagak seakan memberi perhatian dan menyengaja
Aku berusaha mengabaikan, sayang semuanya kembali tersimpan dimemoriku
Mengundang gelisah tiap kali tanpa sengaja benakku menyetel ulang adegan itu
Itu rindu, kepura-puraan, atau apa?
Aku tidak tahu!
Ya Rabb, jangan biarkan memori itu mengganggu kemesraan yang coba kujalin dengan-Mu
Saat ini, aku hanya ingin mengingat-Mu, bersama-Mu
Semoga aku segera lupa pertemuan dengannya.

aamiin Ya Rabbal 'alamin
Semua terjadi
2 Juli 2014


0 komentar