Memilih dengan Hati #SembilanJuliUntukIndonesia

Debat pilpres putaran akhir kemarin berlangsung cukup panas. Masing-masing calon saling mempertanyakan visi dan menghubungkan dengan 'masa lalu' yang ditanya. Debat kemarin sekaligus penanda berakhirnya masa kampanye. Namun, lelagi medsos masih aktif mengajak untuk memilih calon yang juga dipilihnya. Sumpek! Sumpah saya benar-benar sumpek. Media televisi yang 'membela' tiap calon masih saja menayangkan hal-hal yang sedikit berhubungan dengan capres melalui diskusi. Lalu orang-orang di rumah saya juga sangat setia mengikutinya dan ini membuat saya 'panas'.Sedikit tentang media televisi hari ini, pernah saya mengikuti beberapa diskusi kejurnalistikan yang membahas independensi media TV. Untuk saat sekarang, akan sangat susah menemukan media yang benar-benar independen karena pemilik media itu sendiri yang terkadang 'mengatur' pemberitaan media untuk kepentingannya. Menutup-nutupi aibnya untuk mempertahankan image meskipun lagi hangat-hangatnya. Beberapa media hari ini dibacking oleh wirausahawan yang terjun ke politik dan politisi itu sendiri yang memiliki kepentingan tertentu sehingga terasa beritanya tak lagi berimbang. Beberapa media yang mengampanyekan masing-masing capres saat ini sama saja. Menyajikan berita yang kurang berimbang. Salah satunya terlalu frontal sehingga terkesan keras dan akhirnya mendapat kecaman berbagai pihak. Namun, yang lain pun 'kampanyenya' deras hanya saja bermain 'anggun' sehingga terkesan tidak keras. Padahal keduanya bagi saya sama saja. Duamedia berita  yang menyeburkan dirinya dalam kubangan.

 Ingin lari ke medsos malah makin 'edan' pesan persuasifnya.Bahkan, saya menunda untuk bertemu seseorang karena tidak lagi ingin dicekoki dengan pesan persuasif yang lebih terkesan intimidasi untuk memilih salah satu capres. Pemilu beberapa jam lagi, rasa-rasanya bilik suara seakan tidak penting lagi dengan melihat bagaimana mereka menyampaikan terang-terangan dukungan ke salah satu capres. Tidak mengapa kalau itu adalah untuk sekedar menambah panjang update-status mereka. Tapi, ada pesan tersembunyi dibaliknya dan saya benci itu. Saya merasa tidak perlu diyakinkan untuk memilih Satu atau dua karena semua nya sudah cukup terwakili melalui debat capres. Saya ingin pemilu ini cepat berlalu dengan damai. Tuhan akan memilihkan pemimpin yang setidaknya lebih baik diantara keduanya untuk Indonesia. Ya, saya percaya itu. Setiap kali ditanya memilih siapa? Ya saya bungkam saja. Karena itulah gunanya bilik suara sebagai saksi bisu dan melindungi privasi kita dalam memilih pilihan sehingga tidak ada saling ejek pilihan dan 'memanas-manasi' untuk mengubah pilihan. Karena semuanya telah menentukan dengan hati  nuraninya. Lalu, apalagi yang lebih murni dari pilihan hati?

Untuk para swing voters, undecided voters, tunggu apalagi? Semoga segera menentukan pilihan dengan hati nuraninya tanpa perlu dicekoki dengan hal-hal yang tidak seharusnya. Karena saya tahu, para undecided voters itu juga mengikuti aliran berita tentang capres hanya saja bingung mana yang lebih baik dikeduanya. Segeralah menentukan!  Atau perlu diyakinkan? :V
Untuk yang golput, banyak alasan orang untuk golput dan alasan terbesar dari para pegolput adalah tidak sreg diantara calon. Alasan yang banyak dikemukakan kalo saya lihat di medsos itu adalah karena memperjuangkan salah satu sistem untuk digantikan dengan sistem yang hari ini katanya 'haram'. Haram karena sama sekali tidak adil, haram karena tidak sesuai tuntunan dari langit. Saya setuju dengan sistem itu karena asalnya adalah Sang Maha Benar yang pernah dieksiskan di dunia ini. Tetapi sistem hari ini tidak semudah itu diubah. Golput berarti menyerahkan begitu saja hak untuk ikut (setidaknya) membaikkan bangsa ke tangan orang-orang yang mungkin saja niatnya buruk atau malah sangat jauh bahkan dilarang oleh tuntunan langit. Saya percaya, pada akhirnya sistem itulah yang akan berkuasa di bumi, dan saya percaya pada-Nya, tetapi untuk saat ini kita masih dituntut untuk memilih pemimpin yang setidaknya memihak pada rakyat, pada kita. Sehingga untuk mencapai sistem itu adalah dengan saling membaikkan orang-orang disekitar kita dahulu sehingga tidak hanya sekedar ikut arus ketika sistem itu berdiri tanpa menjiwainya dengan hati nurani. Segala yang tidak berasal dari hati dari keyakinan yang kuat akan begitu mudah dipengaruhi untuk berubah (dengan jalan yang sama).

Mari memilih Pemimpin yang mau berjuang untuk Bangsa Indonesia, yang membaikkan Bangsa. Menyatakan Mimpi bukan memburukkan mimpi. Saling membaikkan untuk Indonesia Jaya. Karena kita Indonesia. #SembilanJuliUntukIndonesia

7/8/2014 12:04 pm WITA

0 komentar