Jangankan berharap untuk membawa pulang piala
Sudirman, lolos fase grup saja faktanya Tim Indonesia gagal! Selepas kalah 3-2
dari Denmark, Tim Indonesia memupuskan harapan untuk beberapa langkah lebih
dekat dengan kemenangan. Padahal untuk lolos fase grup, sebenarnya butuh menang
4-1 dari tim Denmark setelah tim kebanggaan dihajar India 4-1 di mana poin
hanya disumbangkan pasangan ganda putra (Kevin /Marcus). Kenyataan ini membawa
Indonesia menorehkan rekor pertama kali tidak menembus perempatfinal setelah 15
kali gelaran piala Sudirman diadakan sejak 1989. Sekaligus memperpanjang derita
kegagalan merebut piala ajang bergengsi itu.
Kekalahan Indonesia sejak melawan India mengundang
banyak sekali kritikan dari berbagai lapisan pecinta dan pengamat bulu tangkis,
dari komentar nyinyir sampai dukungan tetap semangat membanjiri publikasi
akun-akun bulu tangkis. Begitu banyak yang kecewa melihat penampilan tim
Indonesia yang di bawah harapan. Banyak yang menyalahkan komposisi pemain yang
diturunkan seperti pasangan Owi/Gloria di partai pembuka yang bahkan saat uji
coba melawan Debby/Ronald saja kalah tapi malah nekat diturunkan.
Saya sebenarnya malas membaca tanggapan yang dilayangkan orang-orang yang mengaku pecinta bulu tangkis, bikin eneg karena banyaknya orang yang
berkomentar seenak dengkulnya saja yang ujung-ujungnya adalah bullying. Ada kubu-kubu yang terbentuk: kubu yang
menuding para atlet, kubu yang menyalahkan tim PBSI, dan kubu yang menyatakan
kalau keduanya sama-sama salah. Saya sepakat dengan para penggemar bulu tangkis
lainnya untuk meminta pertanggungjawaban para tim yang menurunkan atlet pada
pertandingan melawan India. Di samping itu juga atlet-atlet yang diturunkan belum
menampilkan performa terbaiknya.
Lewat pertandingan ganda campuran di mana Tontowi
berpasangan dengan Gloria, saya sebagai penonton masih bisa tahu dan melihat
bahwa mereka belum punya chemistry di
lapangan. Bermain masih terlihat seperti bukan pemain yang dipasangkan, akibatnya
mereka sering menghasilkan kesalahan. Bukan menyalahkan salah satunya apalagi menyesali
bahwa tanpa Liliyana Natsir Tontowi seperti tak berjiwa, tapi mereka memang
belum bisa bermain optimal sebagai pasangan ganda campuran. Kekalahan di partai
pembuka itupun bukannya memotivasi atlet setelahnya tapi justru berpengaruh
negatif dengan kekalahan hingga hanya meraih satu poin.
|
Tontowi/Gloria masih kurang chemistry |
|
Della/Rosyita saat tampil melawan India |
|
Jonathan Cristie gagal bungkam Kidambi Srikanth |
|
Praveen/Debby memberi harapan kemenangan |
Pada laga penentuan berhadapan dengan Denmark,
barisan pemain yang diturunkan cukup bisa diandalkan dibanding sebelumnya.
Banyak yang mempertanyakan dan menyayangkan mengapa tidak menurunkan pemain
dengan komposisi serupa sebelumnya. Hanya memang kali ini tantangan cukup berat
karena untuk lolos minimal kalah sekali saja atau paling amannya memenangkan
semua pertandingan partai.
|
Standing Ovation untuk perjuangan Antony Ginting |
Harapan terbuka saat menyaksikan kemenangan
Praveen/Debby mengawali pertandingan melawan tim Denmark. Benar saja, hal yang
menakjubkan ditampilkan Antony ginting lewat permainan rubber ia berhasil mengalahkan pemain ranking 3 dunia, Viktor Axelsen.
Betapa usahanya patut diapresiasi dengan penuh. Saya bisa melihat optimisme dan
semangat yang ditunjukkannya saat bermain, sepertinya dia tidak mengindahkan
lawannya yang tangguh itu.
|
Good job Fitriani |
Hal yang sama kerennya ditunjukkan Fitriani,
pemain muda tunggal putri itu sebenarnya bisa menang set pertama saat mampu
menyusul tujuh poin ketertinggalan, namun akhirnya ia kalah saat adu deuce.
Keletihan yang ditunjukkan pemain Denmark membuat Fitriani justru mampu memutarbalikkan
angka sampai merebut kemenangan dengan babak tambahan. Saya berharap Fitriani
ini mampu jadi tumpuan harapan untuk pemain tunggal putri masa depan Indonesia.
Sayangnya, yang dijago-jagokan tidak sanggup
menyumbang poin. Duo minion kandas melawan saingan lama mereka (Boe/Mogensen) dan
begitupun Greysia Polii yang berpasangan dengan pemain muda apriani Rahayu yang
harus menelan kekalahan setelah beradu dengan Juhl/Pedersen. Sebenarnya Greys
juga bermain dengan pemain muda yang baru saja dipasangkan, tapi
chemistry mereka sepertinya bisa dengan
mudah ditumbuhkan terlihat sekali kerja sama mereka apalagi Greys yang terus
membimbing dan menyemati si Junior di lapangan.
|
Kevin/Marcus gagal adu deuce sampai poinnya tercuri lawan |
|
Greysia/Apriani semangatnya itu loooh... |
Dari pertandingan melawan Denmark, saya mengangkat topi untuk tiga generasi yang semoga saja bisa meneruskan harapan Indonesia, Antony Ginting, Apriani Rahayu, dan Fitriani. Mereka tidak hanya berbakat tapi juga punya semangat juang yang tinggi.
|
Tetap semangat tim, TUC menunggu! |
Sampai final pun rupanya masih ada saja komentar nyinyir dan nada kecewa atas kegagalan Indonesia begitu besarnya kekecewaan sampai terus saja dibahas di media sosial, bahkan banyak pula yang menanggapi
tulisan wartawan senior bulu tangkis, Broto Happy, yang tegas dan tajam mengkritik musabab kegagalan tim Indonesia, setelah membacanya saya sangat setuju. Namun sepertinya poin kelima mengundang bervariasi reaksi bahkan ada yang sampai mengatakannya tidak berdalil untuk dicantumkan di media? Ah kalah sudah jadi aib, yang perlu sekarang adalah berbenah dari strategi, pemain, dan fokus tujuan. Saya juga kecewa tapi tetap mendukung sebab mau bagaimana lagi kalau memang takdirnya sudah begitu? Usahanya perlu maksimal di turnamen selanjutnya, setidaknya berikan satu gelar di Indonesia Open 2017!
|
Hasil final kemarin T_T sedih tanpa merah putih |
*Sekadar catatan sebagai penikmat bulu tangkis Indonesia, bukan analis
Gambar: on pictures/ @INA_badminton/ @Badmintalk
0 komentar