Rekor Baru Indonesia di Sudirman Cup 2017


Jangankan berharap untuk membawa pulang piala Sudirman, lolos fase grup saja faktanya Tim Indonesia gagal! Selepas kalah 3-2 dari Denmark, Tim Indonesia memupuskan harapan untuk beberapa langkah lebih dekat dengan kemenangan. Padahal untuk lolos fase grup, sebenarnya butuh menang 4-1 dari tim Denmark setelah tim kebanggaan dihajar India 4-1 di mana poin hanya disumbangkan pasangan ganda putra (Kevin /Marcus). Kenyataan ini membawa Indonesia menorehkan rekor pertama kali tidak menembus perempatfinal setelah 15 kali gelaran piala Sudirman diadakan sejak 1989. Sekaligus memperpanjang derita kegagalan merebut piala ajang bergengsi itu.

Kekalahan Indonesia sejak melawan India mengundang banyak sekali kritikan dari berbagai lapisan pecinta dan pengamat bulu tangkis, dari komentar nyinyir sampai dukungan tetap semangat membanjiri publikasi akun-akun bulu tangkis. Begitu banyak yang kecewa melihat penampilan tim Indonesia yang di bawah harapan. Banyak yang menyalahkan komposisi pemain yang diturunkan seperti pasangan Owi/Gloria di partai pembuka yang bahkan saat uji coba melawan Debby/Ronald saja kalah tapi malah nekat diturunkan.

Saya sebenarnya malas membaca tanggapan yang dilayangkan orang-orang yang mengaku pecinta bulu tangkis, bikin eneg karena banyaknya orang yang berkomentar seenak dengkulnya saja yang ujung-ujungnya adalah bullying. Ada kubu-kubu yang terbentuk: kubu yang menuding para atlet, kubu yang menyalahkan tim PBSI, dan kubu yang menyatakan kalau keduanya sama-sama salah. Saya sepakat dengan para penggemar bulu tangkis lainnya untuk meminta pertanggungjawaban para tim yang menurunkan atlet pada pertandingan melawan India. Di samping itu juga atlet-atlet yang diturunkan belum menampilkan performa terbaiknya.

Lewat pertandingan ganda campuran di mana Tontowi berpasangan dengan Gloria, saya sebagai penonton masih bisa tahu dan melihat bahwa mereka belum punya chemistry di lapangan. Bermain masih terlihat seperti bukan pemain yang dipasangkan, akibatnya mereka sering menghasilkan kesalahan. Bukan menyalahkan salah satunya apalagi menyesali bahwa tanpa Liliyana Natsir Tontowi seperti tak berjiwa, tapi mereka memang belum bisa bermain optimal sebagai pasangan ganda campuran. Kekalahan di partai pembuka itupun bukannya memotivasi atlet setelahnya tapi justru berpengaruh negatif dengan kekalahan hingga hanya meraih satu poin.

Tontowi/Gloria masih kurang chemistry
Della/Rosyita saat tampil melawan India
Jonathan Cristie gagal bungkam Kidambi Srikanth

Praveen/Debby memberi harapan kemenangan
Pada laga penentuan berhadapan dengan Denmark, barisan pemain yang diturunkan cukup bisa diandalkan dibanding sebelumnya. Banyak yang mempertanyakan dan menyayangkan mengapa tidak menurunkan pemain dengan komposisi serupa sebelumnya. Hanya memang kali ini tantangan cukup berat karena untuk lolos minimal kalah sekali saja atau paling amannya memenangkan semua pertandingan partai.







Standing Ovation untuk perjuangan Antony Ginting
Harapan terbuka saat menyaksikan kemenangan Praveen/Debby mengawali pertandingan melawan tim Denmark. Benar saja, hal yang menakjubkan ditampilkan Antony ginting lewat permainan rubber ia berhasil mengalahkan pemain ranking 3 dunia, Viktor Axelsen. Betapa usahanya patut diapresiasi dengan penuh. Saya bisa melihat optimisme dan semangat yang ditunjukkannya saat bermain, sepertinya dia tidak mengindahkan lawannya yang tangguh itu.



Good job Fitriani
 Hal yang sama kerennya ditunjukkan Fitriani, pemain muda tunggal putri itu sebenarnya bisa menang set pertama saat mampu menyusul tujuh poin ketertinggalan, namun akhirnya ia kalah saat adu deuce. Keletihan yang ditunjukkan pemain Denmark membuat Fitriani justru mampu memutarbalikkan angka sampai merebut kemenangan dengan babak tambahan. Saya berharap Fitriani ini mampu jadi tumpuan harapan untuk pemain tunggal putri masa depan Indonesia.




 Sayangnya, yang dijago-jagokan tidak sanggup menyumbang poin. Duo minion kandas melawan saingan lama mereka (Boe/Mogensen) dan begitupun Greysia Polii yang berpasangan dengan pemain muda apriani Rahayu yang harus menelan kekalahan setelah beradu dengan Juhl/Pedersen. Sebenarnya Greys juga bermain dengan pemain muda yang baru saja dipasangkan, tapi chemistry mereka sepertinya bisa dengan mudah ditumbuhkan terlihat sekali kerja sama mereka apalagi Greys yang terus membimbing dan menyemati si Junior di lapangan. 

Kevin/Marcus gagal adu deuce sampai poinnya tercuri lawan
Greysia/Apriani semangatnya itu loooh... 
Dari pertandingan melawan Denmark, saya mengangkat topi untuk tiga generasi yang semoga saja bisa meneruskan harapan Indonesia, Antony Ginting, Apriani Rahayu, dan Fitriani. Mereka tidak hanya berbakat tapi juga punya semangat juang yang tinggi. 

Tetap semangat tim, TUC menunggu!
Sampai final pun rupanya masih ada saja komentar nyinyir dan nada kecewa atas kegagalan Indonesia begitu besarnya kekecewaan sampai terus saja dibahas di media sosial, bahkan banyak pula yang menanggapi tulisan wartawan senior bulu tangkis, Broto Happy, yang tegas dan tajam mengkritik musabab kegagalan tim Indonesia, setelah membacanya saya sangat setuju. Namun sepertinya poin kelima mengundang bervariasi reaksi bahkan ada yang sampai mengatakannya tidak berdalil untuk dicantumkan di media? Ah kalah sudah jadi aib, yang perlu sekarang adalah berbenah dari strategi, pemain, dan fokus tujuan. Saya juga kecewa tapi tetap mendukung sebab mau bagaimana lagi kalau memang takdirnya sudah begitu? Usahanya perlu maksimal di turnamen selanjutnya, setidaknya berikan satu gelar di Indonesia Open 2017!

Hasil final kemarin T_T sedih tanpa merah putih


*Sekadar catatan sebagai penikmat bulu tangkis Indonesia, bukan analis

Gambar: on pictures/ @INA_badminton/ @Badmintalk

0 komentar