5 Pembenaran dari Kekeliruan Memahami Fotografi

Pinterest
Foto yang baik tidak hanya mungkin dihasilkan oleh kamera berteknologi canggih dengan lensa lebar dan fokus yang tinggi, melalui telepon genggam pun (smartphone) gambar yang bagus bisa dihasilkan jika mengetahui teknik pengambilan gambar dan sudut pandang yang keren. Masih serangkaian dengan workshop menulis cerita human interest, saya mengikuti workshop singkat perihal fotografi yang darinya secara ringkas saya merangkum beberapa pembenaran dari kekeliruan saya selama ini memahami fotografi.

1.      Objek Foto di tengah itulah yang terbaik?


Gambar dengan komposisi horizontal (koleksi Yusuf Ahmad)
Adakah yang sering mengira bahwa memotret yang baik itu adalah dengan selalu memfokuskan objek foto tepat di tengah-tengah? Jika iya, berarti kita sepemikiran. Sayangnya pemahaman tersebut agak keliru, sebab Yusuf Ahmad: fotografer media berita Reuters yang telah menjadi pembicara di berbagai workshop fotografi, menjadi fasilitator pada materi photostory menyatakan bahwa kebiasaan memotret dengan meletakkan objek foto tepat di tengah harus dilawan. Sebab rupanya, hal itu justru menjadikan objek foto terlihat statis. Pemotret lebih baik mencari sudut pandang yang lebih menarik misalnya: memotret secara asimetris, melawan cahaya, dan horizontal.

2.      Untuk mendekati sempurna, usahamu harus paripurna!


Coba tebak bagaimana gambar ini diambil? (Koleksi Yusuf Ahmad)
Selama dua jam yang singkat itu, kami diperkenalkan dengan berbagai cara pengambilan gambar yang tidak biasa lagi menarik. Melalui hasil jepretan beliau, kami disodorkan foto-foto indah dengan pengambilan gambar yang kreatif. Sebab gambar-gambar yang kualitasnya sama baiknya dengan gambar yang biasa saya lihat di desktop-dekstop XP itu dikutip tidak dengan posisi biasa: orang yang berdiri lalu mengklik tombol kameranya dengan santai. Daeng Yusuf, begitu teman-teman memanggilnya mesti memanjat pohon ataupun berbaring di tanah demi kesempurnaan suatu gambar. Darinya, kami belajar betapa pentingnya mencari sudut pandang yang tepat untuk sebuah gambar hebat.  

3.      Capturing is waiting, not hunting!


Kalo sekadar hunting gambar, bisakah sekeren ini? (Koleksi Yusuf Ahmad)
Mungkin pernah terbersit di pikiran bahwa fotografer andal itu mengutip sekali saja untuk menghasilkan gambar yang keren. Faktanya, sekelas Daeng Yusuf saja mesti memotret berkali-kali dengan objek yang sama untuk satu saja gambar yang akan dipilih. Jadi wajar saja jika masih sepuluh kali memotret tapi belum ada foto keren yang dihasilkan, sebaiknya coba memotret lagi dengan menunggu momen yang tepat dan mengatur komposisi objek. Sebab kata beliau memotret itu waiting, not hunting.
Benarlah: great things, take times

4.      Efek foto hitam putih untuk gaya-gayaan?


Potret kemiskinan (Koleksi Yusuf Ahmad)
Ada yang beranggapan bahwa foto-foto yang sengaja dihitamputihkan itu bertujuan untuk gaya-gayaan saja. Keperluan estetika semata yang mungkin pula menutupi sesuatu yang tidak ingin ditonjolkan sang pengambil gambar, tapi foto hitam putih itu estetikanya di mana ya? Ternyata, foto-foto yang dihitamputihkan itu berniat untuk menutupi hal-hal yang tidak layak dipertunjukkan. Misalnya foto yang mengandung unsur kekerasan, sadisme, darah, luka, dan untuk lebih menguatkan pesan yang ingin disampaikan pemotret misalnya penderitaan seorang pengidap penyakit langka.

5.      Tidak menggandakan suatu momen 

Yusuf Ahmad saat menjelaskan foto-foto yang dijadikan foto cerita (gambar dkutip oleh Dede Farsjad)
Saat kita mengabadikan suatu momen lewat berkali-kali pengutipan yang menghasilkan gambar-gambar yang kita sukai dan menjadikannya sebuah photostory atau foto cerita, sering kita menjadi bingung untuk memilih satu diantara tiga foto momen yang sama. Tidak jarang karena sayang keduanya dan tidak bisa memilih, kita langsung memasukkan semuanya. Hal ini nyatanya kurang bagus dan sebaiknya dihindari. Lewat photostory rupanya kita diajarkan untuk memilih dan mengambil keputusan. Daeng Yusuf memperlihatkan kami hasil foto-foto yang dirunut membentuk photostory, tanpa beliau jelaskan satu persatu pun kami bisa mengerti maksud yang ingin di sampaikan melalui gambar-gambar pemeluk suku Mentawai melalui potret kehidupan sosio-kulturalnya. Sebuah kutipan yang berkesan dari Daeng Yusuf kurang lebih berkata bahwa memotret juga adalah perihal rasa. Sering-sering memotret akan mengasah rasa kita untuk menangkap gambar yang bagus.***

1 komentar

  1. Setuju gak setuju kak sama poin memotret is waiting not hunting. Hihi. Tapi bener itu. Temen2 selaluu aja menggunakan istilah hunting kalau mau memotret (yang mereka selalu cari objek foto si tempat2 yang blm pernah didatangi). Setuju sama mereka tapi kesel juga kadang. Soalnya mereka jadi kayak gak bisa bebas berkespresi kalau gak nemu spot bagus. Padahal pinter2nya kita aja sih dapet momennya.

    #halah malah curhat di sini. Ahahah

    Sukses terus kak

    BalasHapus