MARIA; Cinta Pertama yang Begitu Kuat Getarannya


Saya memiliki novel ini setelah ditawari  oleh sebuah outlet buku indi di Makassar untuk memesannya melalui media sosial. Sebuah novel fiksi klasik karya seorang penulis terkenal, Vladimir Nabokov. Itulah yang menjadi nilai tambah saya membeli novel ini setelah membaca synopsis singkatnya di laman resmi penerbit, Serambi. Ada kutipan review dari “New York Times Best Seller” di situ yang memberikan impresi yang bagus terhadap “Maria”.

Novel ini begitu menggambarkan bagaimana besarnya pengaruh cinta pertama yang sulit dilupakan dan akan terus dikenang. “Maria” bercerita tentang seorang lelaki Rusia, Lev Glebovich dengan sapaan akrab Ganin yang hidup di Berlin bersama imigran Rusia lainnya karena perang yang berkecamuk di Rusia. Suatu kejadian membuatnya tanpa sengaja mengingat dan mengenang Maria, cinta pertamanya di Rusia. Adalah Alfyorov, teman sepondokannya yang memancing nostalgianya setelah menunjukkan foto Maria yang ternyata adalah istrinya. Betapa kagetnya Ganin mengetahui bahwa cinta pertamanya itu kini telah menjadi istri orang. Dari situlah dia terus mengingat kisah masa lalunya sewaktu masih di Rusia bersama Maria. Dari pertemuan pertama hingga pertemuan terakhirnya bersama Maria.

Novel yang diterbitkan pada tahun 1970 ini mengambil latar peristiwa pada tahun 1917an saat perang dunia masih bergerilya. Latar tempat dideskripsikan dengan sangat detail, begitu pun dengan suasananya. Terasa jelas perbedaan tempat yang dideskripsikan di masa lalu dengan keadaan kini. Tentang masa-masa suram, bangunan yang benar-benar tua versi zaman dahulu, dan teknologi yang belum secanggih sekarang. Itulah hal yang membuat saya tertarik dengan novel ini. Saya suka sekali dengan deskripsi Rusia di masa lalu yang diberikan penulis dan juga deskripsi kota Berlin masa lampau.

Di awal-awal bab novel ini, tidak ada magnet yang menarik saya untuk membaca dengan gairah. Saya agak bosan dengan penceritaan kisah hidup Ganin yang datar dan tidak menimbulkan rasa penasaran. Barulah saat menceritakan tentang kisah cintanya dengan Lyudmila, minat baca saya meningkat. Banyak makna-makna tersirat yang dimasukkan penulis dalam ceritanya, jadi pembaca harus fokus dengan tiap kalimat yang disuguhkan penulis. Beberapa hal pula saya tidak pahami dari penceritaan. Misalnya, saat Ganin datang jauh-jauh ke Moskow untuk menemui Maria, lalu tiba-tiba dia sadar harus melupakannya. Kenapa? Padahal kejadian tepat sebelumnya tidak kuat untuk menunjukkan sebuah alasan mengapa dia melakukannya. Konflik-konflik yang ditampilkan dalam novel lebih banyak menunjukkan konflik batin Ganin.

Hal-hal lain yang membuat bingung adalah nama-nama tokoh. Saya belum mencari tahu, apakah orang-orang Rusia memang mempunyai nama lengkap yang berbeda dengan nama sapaannya. Dalam novel saya dibuat bingung dengan tokoh yang memanggil Ganin dengan nama Lev Glebovich, Alfyorov dengan Aleksey Ivanovich , Podtyagin dengan Anton Sergeyevich, Frau Dorn dengan Lydia Nikolaevna, dan tokoh lainnya. Saya juga beberapa kali salah menebak tokoh lelaki sebagai perempuan, sebab namanya tidak menunjukkan dia lelaki atau perempuan dan deskripsi pekerjaannya sangat feminim. Ada juga beberapa sapaan dalam bahasa Rusia yang tidak diberi catatan kaki terkait artinya. Padahal penulis telah amat baik memberi catatan kaki terkait terjemahan istilah bahasa Rusia dan Jerman, penyair terkenal zaman itu, karya klasik yang terkenal, bahkan nama bunga dan hewan. Saya jadi sulit menebak, apakah itu nama tokoh atau hanya sapaan seperti teman atau nona.

Terlepas dari kekurangan yang saya keluhkan, cara penulis bercerita dan menuliskan kalimat-kalimat begitu indah. Wajar, jika penulis akhirnya menjadi salah seorang penulis terbaik di dunia. Terutama perihal deskripsi yang menguasai hampir keseluruhan isi buku.

Ada beberapa kutipan yang saya suka dari novel “Maria”;

“Tetapi bayangannya, kehadirannya, ingatan akan dirinya menuntut untuk membangkitkannya juga—dan ia memang bermaksud untuk mengusir bayangannya, karena ia ingin mendekatinya perlahan-lahan, selangkah demi selangkah,sebagaimana yang pernah dilakukannya sembilan tahun yang lalu.” —hlm. 68 

“Karena takut berbuat salah, takut kehilangan kenangan yang demikian indah, ia menciptakan kembali kenangan masa lalunya dengan hati-hati, dengan senang, terkadang harus kembali untuk mengingat hal-hal kecil yang terlupa, tetapi tidak pernah lari cepat melesat ke depan.”—hlm. 68

“Ganin kini mencoba mengingat-ingat kembali bau parfum itu, yang berbaur dengan bau tumbuhan taman pada musim gugur yang segar, tetapi seperti kita ketahui, segala macam kenangan bisa kita ingat sepanjang hidup kecuali bau-bauan, kendati tak ada kehidupan masa lalu yang bisa dikenang dengan sempurna sebagaimana bau yang dikaitkan dengan masa lalu kita.”—hlm. 116 (An/8/17)***

0 komentar