Home - Saling Menjauh Tapi Saling Merindu


Buku bersampul biru muda ini pertama kali saya lihat pada tahun 2013 silam di beranda facebook. Kala itu tengah ada giveaway buku tersebut yang diadakan penerbitnya, Divapress. Giveaway itu dalam rangka promosi juga saat Home baru saja diterbitkan. Penulisnya, Iva Afianty, telah menarik hati saya terhadap tulisan-tulisan yang beliau ciptakan lewat karya novelnya. Selalu sukses bikin saya baper!

Lalu saya menebak-nebak tentang apa Home ini bercerita. Apakah tentang keluarga atau drama percintaan? Sanggupkah membuat baper juga?

Saya baru berhasil menuntaskan membaca Home ditahun ini bulan lalu. Reaksi saya? Huah! Saya kembali baper dan mengharu biru lewat tutur tokoh yang diciptakan penulis. Seperti judulnya, Home bercerita tentang sebuah rumah, tempat kumpul keluarga besar yang hendak dijual. Kebayang kan, gimana kalo tiap momen lebaran, arisan, atau hari libur kadang ada rumah keluarga yang di tempati berkumpul sebagai tempat bertemunya keluarga-keluarga lain dari segala penjuru tempat tinggal. Nah, kalo itu hendak dijual rasanya tuh… akan seperti ada kehilangan besar dari sebuah kehangatan keluarga.

Sejak awal cerita, penulis telah mendeskripsikan konflik keluarga yang terjadi. Yang menjadi sebab utama mengapa rumah warisan bergaya belanda yang begitu luas itu hendak dijual. Adalah tentang tokoh Papa dan Mama yang dituakan dalam keluarga—Sang pewaris sekaligus pemilik rumah, memiliki tujuh anak lelaki yang telah menikah, belasan saudara, dan sepupu-sepupu yang juga telah beranak cucu. Penulis begitu kompleks menceritakan tentang kisah keluarga besar, seakan tokoh-tokoh itu adalah keluarga si penulis. Kalau difilmkan, figurannya akan banyak.

Tokoh utama selain Papa dan Mama, ada Wisnu dan Truly, anak sulung Papa dan Mama, juga menantu kesayangan mereka yang diakhir kisah telah dianggap sebagai putri sendiri. Tiap bab dalam buku mengisahkan suatu peristiwa dengan sudut pandang ke empat tokoh sentral tadi. Jadi, pembaca bisa langsung tahu bagaimana perasaan tiap tokoh dan menebak apa yang akan terjadi  pada mereka, jika konflik dan responnya demikian.

Diawal kisah, saya sudah bersimpati dengan tokoh Mama yang menceritakan tentang suaminya yang kaku, tegas, dan kurang bisa menunjukkan kasih sayangnya dalam keluarga. Lalu konflik dengan anak-anaknya yang dimulai dari tidak direstuinya Fahmi menikahi Mabel, wanita pilihannya yang dinilai buruk. Kemudian isu perselingkuhan Papa dan kerenggangan hubungan antara papa dan anak-anaknya, di mana mama sebagai penengah kurang bisa merekatkan kembali hubungan itu. Lalu muncullah Truly yang menjadi malaikat penolong dalam keluarga mereka selama renovasi rumah berlangsung.

Ada juga kisah manis Wisnu dan Truly, mulai dari saat mereka masih menjadi sahabat dekat sampai jadi suami istri yang sering membuat pembaca terkesan gila karena senyum-senyum sendiri, bahkan ngakak. Kisah romantis dan ‘gila’ keduanya yang dari percakapan-percakapan dan tingkah mereka memengaruhi saya jadi baper. Saya akui, dalam hal membangun percakapan-percakapan manis dan romantis, penulis memang juaranya deh!

Ada kejutan-kejutan yang dimunculkan penulis di tengah-tengah kisah, yang menguak banyak kebenaran. Saya kemudian balik bersimpati pada papa dan amat mengasihaninya, setelah merasa bersalah sudah menyudutkannya diawal kisah. Beberapa kali saya dibuat terharu oleh adegan dan percakapan yang sisi kekeluargaannya itu sangat kental dan dalam. Saya membayangkan bagaimana jika berada di posisi mereka. Naturally, I fell cryin’.

Secara keseluruhan, novel Home asyik dibaca. Saya ingin bilang kalau novel ini adalah bacaan yang ringan, tapi menurut saya konflik kekeluargaan itu bukan sebuah perkara ringan. Nah, gimana tuh? Penulis senang sekali memasukkan lagu-lagu barat lawas yang pada zamannya saya belum lahir, ke dalam cerita, sebagai lagu-lagu favorit tokoh-tokohnya. Mungkin ada juga yang berpendapat kalau membacanya menjadi agak lama karena penulis memaparkan satu peristiwa dengan banyak sudut pandang.

Home adalah novel yang menyentuh. Yang menguatkan makna kekeluargaan, ketulusan, kasih sayang, kebersamaan, dan cinta. Tentang bagaimana sebuah rumah menampung segala perasaan dan menjadi saksi dari berbagai kisah yang terjadi di dalamnya. Saya banyak mengambil pelajaran dari beberapa cerita dalam Home. Tentang bagaimana sebuah keluarga yang harmonis bisa terbentuk dan bagaimana seharusnya memperlakukan pasangan dengan penuh cinta, juga anak-anaknya. Ah, ya tentang bagaimana menjadi seseorang yang menyenangkan dalam sebuah keluarga. Beberapa kali pula saya menemukan kalimat-kalimat menyejukkan yang terlontar dari mulut tokoh, tapi saya lupa menandai halamannya. Penasaran? Sila baca juga, bisa jadi kita punya pandangan yang berbeda atau bahkan sama :D. (An/8/16)***

0 komentar