Inilah AKU
Inilah AKU
Beberapa majalah
wanita dewasa langganan kakakku
telah habis ku lahap semua sore itu. Majalah pekanan yang bertumpuk rapi di rak
khusus untuk segala jenis buku dan majalah kesukaannya. Sayangnya, isi majalah
itu hanya segala hal yang kurang ku mengerti dan bukan minatku sama sekali. Jujur
saja, aku jenuh dengan situasi kampus yang menyuguhkanku dengan teman-teman
yang mengecap dirinya ‘wanita dewasa’. Mereka bilang
wanita dewasa itu tahu fashion, trend mode, berita seleb, punya
pacar, gaul, dan berpikir dewasa, yang entah
seperti apa pikiran dewasa mereka. Secara terang-terangan
mereka mendiskriminasikanku dari dunia mereka. Mereka menilaiku berbeda dari diri
mereka. Mereka bilang aku masih kecil untuk mengerti dunia wanita dewasa. Aku terpojok. Kami ini anak seni, dan
inilah caraku mengeksplorasi jiwa seniku, melalui musikku, lukisanku, karya manga-ku, tetapi mereka menilai karyaku
sama sekali tidak dewasa dan itu
mencerminkan kepribadianku. Anak seni harus kompak dan solid, karena kami sering membuat event berkelompok. Sehingga aku harus mengalah. Bercermin atas
perbedaan yang kumiliki dari mereka dan mengharuskanku mengeksplorasi sisi lain
dari diriku. Perubahan.
Dari majalah kakakku, aku menemukan
satu komunitas yang menamakan diri mereka “komunitas wanita cantik”, namanya
agak narsis tapi testimoni orang-orang yang bergabung di komunitas itu bilang
mereka adalah komunitas yang bergerak untuk membantu wanita menemukan jati diri
mereka sebagai wanita cantik yang dewasa dan mandiri. Aku berpikir, mungkin saja
komunitas itu sangat cocok untukku belajar menjadi wanita yang lebih dewasa dari teman-temanku bahkan akan lebih cantik
dari mereka.
Tekadku sudah bulat untuk bergabung
dengan mereka. Siang, sepulang kampus aku jalan ke kamp mereka. Aku mendapati tempat itu ramai dengan
wanita-wanita yang tidak sepenuhnya cantik, namun pengurus inti komunitas itu,
sungguh memukau penampilannya. Seperti halnya komunitas lain, aku diminta untuk
registrasi sebagai anggota dan mengisi form
yang telah mereka sediakan. Anggota yang bergabung siang itu sungguh banyak,
mungkinkah mereka sama denganku?! Berusaha menemukan jati diri sebagai wanita
cantik. Entahlah, waktu yang akan
menjawabnya. Kuakui promosi komunitas ini di majalah sukses. Kemudian kami
dikumpulkan dalam satu ruangan. Kamp mereka adalah sebuah ruko yang mungkin
saja disewa khusus untuk alamat resmi mereka. Mereka mengucapkan terima kasih,
kata sambutan, perkenalan pengurus, dan penyampaian visi dan misi mereka. Visi
dan misi komunitas ini masih normatif menurutku, masih berjalan di koridor yang
benar. Lalu seorang wanita dengan rambut panjang, memakai rok mini
menyodorkanku sebuah rundown kegiatan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Ternyata komunitas ini bergerak
begitu cepat.
Aku memandangi kertas merah muda
berisi rundown kegiatan mereka. Semuanya
seperti kegiatan miss universe saja,
pikirku. Ada kegiatan fashion,
seminar “aku cantik dan mempesona”, cara menemukan pria, membentuk kepribadian,
dan kegiatan lain yang kuragukan apakah aku akan tahan dengan semua itu. Namun,
aku akan berjuang, demi menjadi wanita cantik dan dewasa.
Dua bulan berlalu, waktu berjalan terasa cepat. Sudah lima kegiatan
yang ku lalui di komunitas itu, kegiatannya terkadang meminta kontribusi biaya,
namun hal itu sesuai dengan apa yang disuguhkannya. Menarik dan rupanya aku
mampu melaluinya dengan baik. Dua kegiatan terakhir lagi untuk waktu yang mereka tentukan seperti yang tertera di
rundown kegiatan. Mereka hampir
menacapai target pertamanya.
“Wen, kamu pekan depan ada acara
nggak?” salah satu pengurus menghampiriku dan berbicara serius sambil
tersenyum. Dia ini adalah salah satu pengurus tercantik di komunitas ini.
“Nggak Mbak, kenapa?”
“Gini, ada fashion show di luar
kota, dan anggota yang kami minta ikut gak bisa, katanya mereka ada acara! Kamu
mau nggak jadi salah satu yang gantiin mereka?”
“HMM… emang yang lain gak bisa juga,
Mbak?”
“Nggak semua orang kami panggil, cuma
yang masuk kriteria aja, dan kami pikir kamu layak!”
“Boleh deh, kalo gitu!”
“Oke, kamu prepare aja yah! Pakaiannya udah kami siapin juga!” aku mengangguk
pelan sambil tersenyum. Menimbang kembali apakah aku sadar menerima tawaran
itu. aku yang dulunya tidak bisa pakai high
heels meski 3 cm, kini setelah gabung di komunitas itu pun bisa
berlenggak-lenggok dengan heels 10 cm
di catwalk, dan pekan depan aku
mewujudkan itu didepan banyak orang.
Aku gak nyangka kostum yang kupakai
sampai seterbuka ini. Pendek banget, sampai pahaku terasa dingin oleh udara di
dalam hotel. Acaranya bertempat di hotel, tidak ada pengurus yang menemaniku
masuk, hanya mengantarku hingga di luar hotel. Seorang petugas hotellah yang
menunjukkanku ruang yang akan ku tuju.
“Duh, mas, aku mau ke toilet dulu
deh! Toiletnya dibagian mana ya?” Petugas hotel menunjuk ke arah yang
berlawanan dari posisiku dan aku segera kesana. Ini show pertamaku, aku nervous
banget. Berkali-kali menarik napas dan menenangkan diri di toilet.
Kemudian, setelah
agak mendingan, aku kembali di arahkan ke ruanganku. Petugas hotel tidak
mengantarku hingga ke panggung acara, dia hanya menunjukkan pintu yang harus
kumasuki. Dengan percaya diri kubuka pintu itu, seseorang dari dalam sana menarik
lenganku, kontras aku terjatuh ke tempat tidur empuk. Terkejut. Seorang lelaki
paruh baya dengan wajah bernafsu berusaha melecehkanku. Aku ketakutan setengah
mati.
“siapa kau? Lepaskan aku! Aku ada show sekarang! Aku harus tampil!” dengan
segenap tenaga aku berusaha melepas cengkramannya dari lenganku.
“Show?
Disinilah tempat shownya sayang! Akulah yang harus kau puaskan!”
“Kurang ajar! Aku bukan pelacur, aku
ada acara fashion show!” Aku masih
berusaha melawan semampuku.
“Hahaha, fashion show Hongkong! Disinilah tempatmu, jadi puaskan aku,
sekarang!” pria paruh baya itu semakin agresif. Di berusaha memelukku namun,
aku berhasil menghindar. Aku mendekati pintu dan meraih gagangnya! Namun, sial!
Dia telah menguncinya! Aku tidak ingin hancur malam ini. Aku berteriak meminta
tolong dengan suara sekencang mungkin. Namun, aku benar-benar sial malam ini,
dia mengaku pemilik hotel ini sehingga tentu takkan ada yang akan menolongku. Aku
hampir pasrah. Menggerutu dalam hati, lalu berdoa dengan penuh penyesalan. Inikah
akhir dari kegiatan komunitas yang kuikuti?! Tak hentinya aku menangis
menyesal. Ini konspirasi. Jahat sekali.
Pria itu menarik lenganku,
melemparku ke ranjang, dia telah hampir melepas semua pakaiannya. Aku pasrah. Menangis.
Berdoa dan memohon ampun sebanyak-banyaknya dalam hati. Dia bersiap. Aku tak
sanggup…
Gdooorrrr… pintu kamar hotel dibuka dengan
kasar, aku membelalak menuju pintu. Pria itu kaget sekali. Seseorang dengan
wajah yang di tutupi cadar dan berpakaian seperti super hero mendekati kami, dia menghajar pria itu. tentu saja,
pria itu tak terima dan menghajar dengan bengis. Super hero itu tak mau kalah. Dia menguasai jurus bela diri. Lincah
sekali. Pria itu terhempas setelah kepalanya tertumbuk ke meja. Dia pingsan. Aku
melihatnya masih dalam suasana penuh ketakutan. Aku tak percaya. Orang ini
baikkah atau masih salah satu bagian dari konspirasi ini.?! Lalu dia menarik
tubuhku yang kaku.
Di dalam mobil aku bersandar di
bahunya. Speechless. Depresi. Masih sangat
sulit menggerakkan tubuhku yang kaku. Aku masih dalam bayang-bayang ketakutan.
“Maaf Wen, Mbak nggak tahu kalau donatur
baru kami itu niatnya begitu. Kalau kami tahu begitu juga nggak bakal kami
menerimanya! Kami bat=ru tahu dia bohong saat konfirmasi ke penyelenggara kalau
nggak ada event disana”
“Iya, Wen, percaya sama kita, kita
ini di jalan yang lurus, kok!” mereka
bergantian berbicara panjang lebar, pengurus-pengurus komunitas itu. Sulit
untuk percaya. Karena luka itu masih membekas kuat di hatiku menjadi sebuah
trauma.
Kini aku nggak
peduli lagi tentang cantik dan wanita dewasa. Aku nggak peduli pencitraanku di depan
teman-temanku. Terserah mereka mau menerimaku atau tidak, namun inilah aku. Aku
nyaman jadi diriku yang hobi nonton kartun dan semua hal yang mereka anggap
bukan wanita dewasa. Aku percaya
seiring berjalannya waktu, aku pasti tumbuh
menjadi wanita dewasa yang sebenarnya,
tanpa intervensi dan pengaruh dari mereka. Ku yakin, Tuhan pasti menunjukkan jalan untukku menuju dunia yang akan mendewasakanku, termasuk hal yang
baru saja kualami ini. * 09:23pm / 16031434H / @iStana Mimpiku
0 komentar