Sharing Wirausaha Bareng Yukka dan Chiki

Makassar merupakan kota ke empat dari lima roadshow yang digelar oleh Lenovo dengan tajuk #LenovoSiapMaju. Lenovo menggandeng Intel dan Komunitas Akademi Berbagi serta menghadirkan tokoh-tokoh enterpreneur muda dalam roadshow tersebut. Sebenarnya roadshownya dalam rangka promosi produk-produk terbaru Lenovo yang lebih memperkenalkan notebook/desktop.  

PC keluaran terbaru yang pas untuk kantong anak muda, utamanya mahasiswa sebagai sasaran millenialsnya. Setiap peserta yang hadir diberi goodie bag yang berisi buku catatan plus pulpen bertrademark Lenovo dan difasilitasi makan siang. Menurutku, acara ini lumayan keren karena sudah difasilitasi gratis, menghadirkan pula tokoh muda inspiratif, tapi sayangnya pesertanya tidak sampai setengah memenuhi Aula Prof Amiruddin Unhas. 


Sesi pertama adalah information session tentang produk terbaru Lenovo yang didukung oleh generasi terbaru Intel. Kedua pengusaha muda, Chiki Fawzi dan Yukka Harlanda juga turut menyampaikan betapa mereka amat membutuhkan bantuan teknologi dalam mengembangkan usahanya. Mereka menyampaikan produk Lenovo yang mereka gunakan dalam berbisnis. Partner acara tersebut, komunitas Akademi Berbagi (Akber) yang selalu mengadakan kelas-kelas inspiratif dan bermanfaat, termasuk acara pada hari itu sebagai bentuk persembahannya. Saya sering bergabung di kelas-kelas Akber Makassar, seringnya saat kelas motivasi yang menghadirkan motivator keren dan terkenal. 

Saya jadi tertarik dengan salah satu produk terbaru dari Lenovo. Notebook kekinian yang keyboardnya flexible itu. Sejak pertama kali lihat Notebook model begitu di film, langsung berniat mengumpulkan uang untuk beli. Apalagi pas Promotionnya Intel bicara, saya tersinggung sekali dengan kalimat bahwa PC berusia 5 tahun keatas (terhitung dari sekarang) itu processornya sudah beda dengan generasi sekarang yang lebih kencang. Hmm, PC kesayangan saya malah sudah berusia 7 tahun dan masih baik-baik saja secara fisik, kecuali baterainya yang sudah jebol sejak dua tahun lalu. Daya tahan baterai untuk PC/NB kekinian juga telah bertambah, sehingga tidak perlu lagi melirik-lirik meja terdekat dari lokasi terminal listrik, saat ke kafe atau warkop. *nah, saya banget*

Saya terus melirik produk yang harganya 3 jutaan itu. Beruntungnya, menjelang penutupan ada bagi-bagi doorprize yang berhadiahkan produk itu untuk seorang saja. Saya antusias. Berdoa semoga nomor saya yang terpilih. Nomor 92! Sementara punyaku 82. Sayangnya, si empunya nomor telah meninggalkan ruangan sehingga dipilih ulang dan tetap saya tidak beruntung! *belum rezeki*


Selepas lunch adalah sesi yang paling ditunggu-tunggu, inspirational class session bersama Chiki Fawzi dan Yukka Harlanda. Peserta amat antusias, apalagi sejak tadi rasa penasaran dengan perjuangan mereka mencapai titik tertentu dalam hidupnya. Chiki menceritakan tentang pengalamannya saat berkarir di Les Copaque Malaysia, sebuah perusahaan animasi yang menelurkan serial kartun Upin Ipin, dimana pada saat memulai, dirinya masih menjadi mahasiswa di sebuah Universitas di Malaysia. 

Dia kembali ke Indonesia bergabung dengan animator muda lainnya dan membentuk sebuah perusahaan animasi. Audiens bertanya-tanya kok dia mau padahal karirnya di Malaysia sudah bagus, apalagi serial Upin Ipin sudah banyak penggemar sampai ke Indonesia. Nasional-is-me. Itu alasan dia kembali ke Indonesia. Dirinya ingin membangun dan memajukan dunia animasi Indonesia. Jadi, Indonesia bisa menghasilkan karya animasi yang keren-keren bukan hanya memutar karya asing. Kendalanya adalah budget yang besar untuk produksi dan memasuki stasiun TV untuk penayangan animasi karyanya. 

Animasi karyanya sempat diputar saat itu, tetapi terkendala waktu, maka hanya sekira satu menit saja melihatnya. Wah, saya selalu terpukau dan suka dengan semua karya animasi, terutama animatornya yang pasti amat kreatif. Selama sharing, Chiki juga berbagi tips tentang membangun usaha dan mewujudkan mimpi. Saya suka quotesnya: 
Sebuah visi tanpa aksi semata-mata hanya mimpi
Sebuah aksi tanpa visi hanya membuang waktu
Visa dan aksi dapat mengubah dunia
JOel  Arthur Barker

Saya tidak tahu Yukka Harlanda dan produk rintisannya, Brodo footwear, yang katanya terkenal itu. Setelah diperkenalkan, ternyata Brodo itu produk sepatu khusus pria. Pantas saja saya tak tahu. Menurutku, kisah kelahiran Brodo itu amat inspiratif. Berawal dari Yukka yang punya kaki dengan sepatu bernomor besar yang nyaris tak ada dijual. Sempat dia menemukan nomor tepat, namun harganya mahal padahal modelnya jelek. Jadilah ia tak membeli dan direkomendasikan oleh temannya yang merupakan partner bisnisnya di kemudian hari untuk memesan di Cibaduyut. Mereka akhirnya berniat menjual sepatu, barangkali ada yang senasib sepertinya.

 Awal usaha, jualannya dicuekin orang. Bikin FP di FB hanya di like sama temannya, yang jadi konsumen nanya-nanya juga temannya. Entah itu setingan atau temannya memang niat beli. *pengalaman yang mirip denganku*

Selama sesi Yukka, banyak pelajaran yang bisa dipetik tentang marketing attitude dan tips bisnis. Bagaimana dia amat menjadikan pelayanan konsumen sebagai investasi yang berharga. Dia membuktikannya saat bela-belain mengantar pesanan pria yang akan foto prewed tapi belum punya sepatu. Memesan produknya yang harus sudah ada dalam waktu beberapa jam saja, dari Jakarta ke Bandung. Mereka rela mengeluarkan budget destinasi yang secara hitung-hitungan sudah pasti rugi. Ternyata si pria kini telah mengoleksi lebih dari 10 produknya dan kemungkinan besar pasti dipengaruhi dari pelayanan awalnya. 

Nah, itu mengajarkan betapa pembeli memang harus diperlakukan layaknya raja. Demi apa? Demi kepuasannya yang tentu akan berefek pula pada tingkat penjualan ke depannya. Jika pembeli puas, tentu akan ada berita baik yang menyebar sebagai rekomendasi atas produk yang dijual. 

Dia memasarkan produk hanya secara online yang tentu mengandalkan visual produk. Tips agar gambar produk punya daya tarik adalah menggunakan kamera yang bagus. Sebisa mungkin sih pakai kamera semacam DSLR bukan kamera handphone, meskipun yakin kualitasnya bagus. Seringkali produknya dicapture dengan view di luar negeri. Teman-temannya yang lagi plesiran di LN diendorsnya. Jadi, produknya terlihat ekslusif begitu. Tapi ternyata memang sudah diendors oleh artis. Nah, itu salah satu strategi juga dalam pemasaran. Biar nilai jual produk meningkat. Sebisa mungkin cari strategi endorsement yang kreatif dengan memanfaatkan orang terkenal atau lokasi keren.

Selama inspirational class session itu, saya mendapatkan banyak sekali inspirasi untuk terus berusaha dan memperjuangkan impian. Ada banyak pula cerita yang sayangnya tidak dapat dituliskan semuanya karena akan menghasilkan halaman yang panjang. Kisah Yukka sendiri mengingatkanku dengan teman kuliah yang diseusianya, kami juga punya impian yang sama, membangun usaha. Sampai mengejar senior yang kini jadi orang intinya HIPMI untuk memulai usaha. Sayangnya, kami terus saja menemukan kesulitan dan kebuntuan. Mencari pembimbing yang tepat, tapi tak menemukan. Stuck, lalu akhirnya stop. Apa yang tidak kami miliki saat itu adalah semangat dan keyakinan. ***

15 Maret 2016

Gambar: #LenovoSiapMaju

0 komentar