8 Hari Menuju Kematian: Sebelum Izrail Menjemput


       
           Dua bulan lalu saya masih melihat bapak temanku merobohkan tembok yang tinggi di rumah yang berhadapan dengan rumahku. Kerjanya keras sekali dari pagi hingga malam. Sebulan kemudian ia diganti oleh anak sulungnya. Rupanya ia sakit dan baru saja keluar dari rumah sakit.

          “Bu, itu siapa di pintu? Beri dia uang! Mungkin dia butuh!” kata bapak temanku dalam keadaan tak berdaya. Istrinya hanya menjawab bahwa tidak ada siapa-siapa dan mengira si Bapak berhalusinasi. Kurang dari sepekan, ia menghadap Allah.

          Beberapa orang diberi tetanda dan firasat oleh Allah menjelang kematiannya. Kerap terdengar ada korban pesawat jatuh yang mengirim foto atau pamit tidak seperti biasanya saat pergi, mengunggah kalimat perpisahan di akun sosmednya, atau kejadian serupa yang menimpa bapak temanku. Nah, bagaimana jika seandainya Allah memberi pertanda bahwa 8 hari ke depan adalah hari-hari terakhir di dunia. Apa saja yang kan saya lakukan?

       “Cukuplah kematian menjadi nasehat”
Fudhail bin Iyadh

Hari 1 : Mengirim semua draft naskah ke media. Sejak kecil saya sudah gemar menulis dan menggambar. Sering membuat cerpen dan sangat ingin karyaku diterbitkan. Sayangnya, saya belum yakin. Takut ditolak dan bukan yang diinginkan penerbit. Dulu saat saya sakit, salah satu doaku pada Allah, Ya Allah jangan matikan saya sebelum ide-ideku kutulis dan diterbitkan semua. Kini saya sadar bahwa tidak semua karya mentah bisa diterima begitu saja. Perlu diedit dan revisi. Saya akan kirim semua karya yang sudah direvisi ke media Koran, baik lokal maupun nasional. Urusan diterbitkan mah urusan medianya, yang jelas saya sudah berusaha. Biar tidak beban lagi.

Hari 2 : Menyedekahkan harta yang kupunya dan buat surat wasiat. Selagi masih bisa melakukan amalan dan diterima, maka hajar! Sedekah itu termasuk amalan yang paling diperhitungkan di akhirat. Apalagi menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Hitungannya bisa double. Memberi dengan ikhlas lalu didoakan oleh mereka. Seandainya semua orang tahu waktu kembalinya, pasti di saat terakhir mereka menyumbangkan semua hartanya. Saya pribadi masih suka mikir kalau memberi ya karena mengingat hari esok dan esok. Tapi, jika semua terputus, apalagi yang diharapkan selain amal yang menyelamatkan. Surat wasiat yang saya maksud disini tentang pesan-pesan terakhir kepada orang tercinta. Termasuk hal-hal yang tidak sempat diurus dalam waktu menjelang penjemputan.

Hari 3 : Menyiapkan perlengkapan dan keperluan pemakaman. Diantara semua hari yang paling menegangkan tuh yang ini. Anggap saja, hanya saya yang tahu hari-hari menjelang ajalku. Permintaanku mungkin akan dinilai ngawur dan aneh, namun jika akhirnya dituruti. Maka saya akan melihat orangtuaku mengukurkan kain kafan untukku dan menyiapkan sarung penutup yang pasti akan dipilihkan yang baik. Mama mungkin akan menanyakan mau yang mana. Duh, air mataku jadi tumpah. Bakal kupinta siapa saja yang memandikanku kelak dan ingin dimandikan dimana. Terbayang rumah akan dipenuhi bau kapur barus dan mungkin yang paling sedih adalah Mama. Mengingat Mama paling tidak tahan dengan bau itu. Paling penting adalah lokasi penguburanku. Mengetahui bahwa Mama dari Palopo dan Bapak dari Bone yang kemungkinan ingin dikuburkan di kampung masing-masing. Saya akan minta mereka kelak menguburkanku diantara mereka, berdekatan dengan keduanya. Entah mereka pada akhirnya akan memilih di Makassar saja. Saya tidak bisa menebak bagaimana perasaan dan apakah masih bisa tertidur nyenyak melihat kafan dan kawannya telah menantiku.

Hari 4 : Jalan ke pantai menikmati matahari sore. Saya suka travelling dan banyak sekali daftar tempat yang ingin kukunjungi sebelum meninggal. Tapi dalam waktu 8 hari saja itu tidak akan cukup, sebab tempatnya jauh dan lebih baik memakai uang untuk amal dan keperluan pemakaman. Bepergian jauh juga bisa menemui resiko diluar yang diketahui. Alih-alih bersenang-bersenang malah tertimpa bencana. Jadi, untuk terakhir kalinya, saya memilih mengunjungi pantai menikmati matahari sore yang selalu membawa sensasi tersendiri bagiku. Menikmati matahari sore dengan sinar kekuningan seakan membawa ke masa-masa tertentu dalam hidupku. Pasti akan merenungi saat-saat terakhir berada di dunia.

Hari 5 : Makan makanan favorit. Entah apakah masih bisa dengan lahapnya menyantap makanan sekalipun itu makanan favorit? Tetapi yang pasti saya akan membeli makanan kesukaanku yaitu: mie titi, kebab, brownies, dan minta dibuatkan kapurung. Tak peduli lagi masalah kolestrol dan gula darah serta dampaknya di hari tua. Saya mungkin akan butuh waktu lebih lama menghabiskannya, sebab menyendok dan mengunyah dengan bayang-bayang rasa masa depan tanpa semuanya.

Hari 6 : Taubatan nasuha. Tidak diterima taubat seseorang ketika nyawanya telah sampai dikerongkongan (HR.Ahmad). Taubat yang semurni-murninya hanyalah taubatan nasuha (TQS.66:8). Kan ku laksanakan shalat taubat dengan sepenuh hati dan berharap Allah menerima taubatku. Sebenarnya bukan hanya hari kelima saja, tetapi sepanjang malam-malam terakhir saat tetanda itu terasa.  Bila tadarrusan hanya bakda maghrib dan isya, diperpadat lagi hingga lima waktu layaknya Ramadhan. Menggiatkan dzikir. Kupastikan tidak ada lagi jejak lagu-lagu di memori ponselku. Terganti dengan dzikir dan tausiyah-tausiyah penguat iman.

Hari 7 : Meminta maaf kepada semua orang. Saya akan mengisi pulsa Rp.100.000,- ke dalam ponselku dan membeli paket internet 5 gb, yang biasanya paling banyak saya isi Rp.20.000 dan beli 3 gb. Menulis kalimat permohonan maaf yang tulus, lalu mengirim ke semua nomor tanpa pilih dan membroadcastnya ke semua akun sosmed dan aplikasi chatting milikku. Tak peduli si penerima menerima pesan yang sama berulangkali. Pokoknya, seharian itu kugunakan untuk meminta maaf, bila perlu menelpon ke orang yang kurindukan untuk berbicara terakhir kalinya. Paling penting permohonan maafku kepada orang tua. Pokoknya semua rasa gengsi kuleburkan.

Hari 8 : Berkumpul bersama keluarga
Meskipun tidak akan tahu meninggal dimana dan jam berapa. Hari-hari terakhir adalah quality time bersama keluarga. Memuaskan berada disamping keluarga, menatap lekat sosok-sosok mereka berharap dipertemukan di surga, terutama bapak dan mama :*.

“Katakanlah: sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan di kembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (TQS 62:8).


Tulisan diikutkan dalam dnamora Giveaway

0 komentar