Siapa yang Kan Kenang Kau Setelah Mati?

Saat kunyalakan TV dan mengganti-ganti salurannya, kudapati beberapa acara reality show dan variety show membahas tentang setahun kematian Olga, yang juga trending topic di Twitter. Menurutku, tidak ada orang yang tak kenal si Artis, yang seringnya berlakon sebagai pelawak dan host di beberapa program di hampir semua stasiun TV, mulai dari pagi hingga malam. Acara yang berbeda judul tapi bertujuan sama, menghibur dengan canda-canda dan terkadang situasi-situasi settingan. Saya setuju bahwa dengan hadirnya, sebuah program TV bisa mendapat perhatian penuh dari penonton. Dia semacam memiliki magnet tersendiri yang menarik penonton menyukainya. Berbeda dengan pelawak yang mungkin ingin sepertinya, tapi tetap saja tak diindahkan. Garing!

Dia mungkin saja Artis dengan banyak fans, mulai anak ababil, alay, pengemis, pengamen, anak-anak, ibu-ibu, hingga yang cantik-ganteng. Di samping semua kelucuan dan daya tariknya, sebagai pelawak dirinya sempat diprotes dan mendapat kecaman karena lawakannya menyinggung perasaan orang. Tapi tidak banyak dan tidak sampai berperkara hingga dalam. Karena sebagian orang tahu, dia sungguh bercanda untuk menghibur dan terkadang orang-orang sepertinya mendapat pemaafan dan pemakluman.

Saya termasuk orang yang menaruh perhatian padanya, namun bukan fans fanatik. Termasuk yang terperangkap oleh hiburan ala dirinya. Duka pun hadir saat pertama kali tahu kabar kepergiannya. Sempat tak percaya, sebab seringkali berita hoax muncul. Rasa kehilangan menyelimuti, tapi tidak sedalam apa, sebab hampir setahun dirinya absen karena opname di Singapura. Itulah cara Allah meredam rasa duka para fans dan orang yang senang melihatnya di TV. Selama setahun dibiasakan tanpa hadirnya sehingga tepat saat dia pergi untuk selamanya, rasa kehilangan itu tak sedalam seperti orang yang tiba-tiba berpulang oleh sebab kecelakaan atau kasus kriminal.

Air mataku turut banjir saat menyaksikan prosesi pemakamannya di TV. Hampir semua stasiun TV menayangkannya, bahkan secara eksklusif mulai dari breaking news, infotainment, program berita, dan program-program yang pernah diisinya. Tangisku tidak cukup sejam. Sebab kurasai kepalaku tengah berat, bahkan sampai 3 hari mengalaminya. Hal yang terjadi saat diriku berada dipuncak kesedihan, kekhawatiran, dan ketidakterimaan berlebihan. Terpengaruh pula oleh orang-orang yang merasa amat kehilangan dan menangis sampai sesenggukan. Masa iya sih saya sebegitunya?

Melihat ribuan orang yang turut menghadiri pemakamannya hingga tak cukup tempat menyhalatinya. Ribuan orang berdesakan di sekitaran rumahnya hingga sesak jalanan sekompleks, berlomba mengantar jenazah hingga liang lahat. Hal serupa pernah terjadi pada Artis sekaligus Pendakwah, Alm. Ustadz Jefry Albuchory. Bagiku, itu wajar sebab beliau merupakan penyebar kebaikan. Gaya tausiyahnya disenangi banyak orang, karena maknanya benar-benar sampai ke hati dan sifatnya pun tidak berlebihan. Beliau pelopor bagi pemuda-pemuda yang sempat tersesat dalam jerat narkoba untuk bertobat. Lalu Olga? Dia hanya pelawak dengan gaya ngondek bukan pendakwah. Seringnya melucu yang terkadang membuat orang tersinggung dan kadang kasar. Namum, kematiannya di hari jumat itu merupakan hal yang didamba banyak orang. Sebab jumat adalah hari yang agung dan suci. Kedatangan ribuan orang—mendoakan dan mengurus jenazahnya—mungkin saja adalah bentuk pengampunan Allah terhadap dirinya yang mendapat tempat terbaik di sisiNya. 

Dirinya kerap menolong orang yang susah dan mendapat tempat dihati beberapa fakir dan pengemis. Belum lagi kebiasaannya menyantuni anak yatim piatu hingga menjadi penyantun tetap. Taat ibadah meski kesibukannya padat. Senang berbagi, baik kepada teman sesama profesi dengan materi dan ilmu, terlebih pada keluarganya. Terbukti dia menjadi dalang dibalik ketenaran dan kesuksesan beberapa kawannya. Jadi wajar saja, jika Allah mengampuni kekhilafan dan dosa diantara banyak amal dan pahala yang dikumpulkannya. Sampai setahun kepergiannya, masih juga memberikan kerinduan bagi banyak orang akan hadirnya. Seringkali VTnya ditampilkan kembali dan tiada bosan orang melihatnya.

Tak ada yang ingin hidup lalu mati begitu saja

Kematian selalu jadi misteri. Telah siapkah diri bila dipanggil suatu waktu? Tanpa tanda, tanpa firasat. Olga adalah salah satu artis yang banyak didoakan dan dikenang bukan hanya karena hiburannya, tapi karena kebaikannya. Dirinya telah menyiapkan bekal jika dipanggil menghadap Pencipta. Lalu saya? kita? yang minim dikenal orang, jangankan punya fans, teman-teman saja mungkin tidak sampai ratusan yang benar-benar kenal. Lalu dimana kita bisa menghimpun doa untuk meraih ampunan diujung kehidupan?

Bila nyatanya, ibadah masih setengah-setengah, sedekah masih puluhan ribu rupiah, dzikir masih mikir, hafalan Qur’an masih belasan, berbagi masih setengah hati, Lantas apa bekal akhirat yang bisa dibanggakan? Amalan apa yang dapat diandalkan? Saya lebih merefleksi hidup atas kematiannya. Tak ada yang benar-benar bisa diperbandingkan setara dengannya. 

Bahkan, sepekan atau kurang dari sepekan berlalu dari kematianku kelak. Ku tak yakin masih ada yang mengenangku sebagai apa dan siapa, sebab memang bukan siapa-siapa. Tak ada orang yang ingin pergi bergitu saja seperti debu diterbangkan angin. Jika keberadaan diri tak terlalu berarti di dunia, setidaknya tak merasakan siksa kubur dan neraka. Mengingat neraka saja sudah menyeramkan, apalagi eksekusinya kelak. Tak terbayang bagaimana panasnya api yang dinyalakan 3000 tahun hingga putih seandainya menyentuh kulit. Diri bukan siapa-siapa di dunia, tapi bisa jadi ‘siapa’ di akhirat hanya dengan amal dan pahala.  Tak perlu dikenang manusia, cukup menjadi hambaNya yang dirindukan surga. 

“Dia (Allah) yang telah menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". (QS Al-Mulk: 2)

Gambar: imgfave

@NN@- @My Sweetest Palace
2803161429 – Mengingat Mati 

0 komentar