Teruntuk Perempuan yang Sering Menyulam Kekhawatiran
Kepada perempuan yang berkaca,
Saya menulis ini saat malam mulai beranjak menuju gulita yang lebih pekat di dalam ruangan persegi panjang. Indera
pendengaran saya masih bisa menangkap sayup-sayup muda-mudi yang terus
mengobrol sambil sesekali terbahak. Ah, saya lupa ini rupanya sabtu malam.
Orang-orang gemar sekali merayakan kebebasan dengan bergumul dan berkumpul
membahas yang ringan-ringan. Tulisan ini
ingin saya persembahkan kepada seseorang yang berkaca pada tiap kata-kata yang
berbaris di alinea-alinea ini. Sebagai pengingat juga sebagai alat mengenang
yang sudah-sudah untuk dilupakan lebih dalam. Percayalah, tidak semua hal patut
diingat hingga beku jadi dendam. Yang manis hanya manis pada waktunya, seperti
permen karet ia punya masa tinggal hambar. Tidak usah terus dibangga-banggakan.
Pun tidak semua kata-kata yang menusuk tajam perlu dimasukkan ke hati. Jangan
membuatnya makin hitam oleh hal-hal negatif dari mulut karet orang yang suka
sok tahu.
Bagaimana kabarmu sekarang?
Saya
berharap jauh jauh lebih baik dari saat tulisan ini tengah diselesaikan. Tahukah
kamu bahwa kamu diri adalah perempuan yang terlalu sering menumpuk kecemasan.
Ada hal yang bisa jadi baik, tapi karena kekhawatiran yang terlampau menggunung
di kepalamu semua jadi buyar. Tidakkah kamu ingat berapa banyak kesempatan yang
hilang ditelan kecemasan level dewamu? Menyesallah, menyesallah hanya kemarin saja.
Oh iya,
menjadi perempuan pencemas juga mengurangi keanggunanmu lho. Kamu terlalu
sering kudapati tergopoh-gopoh melangkah. Ceroboh melakukan sesuatu hingga
merusaknya membuat berpasang-pasang mata
mengarah kepada sosok tinggimu. Saya, kuharap hari ini kamu sudah jadi lebih
baik. Tidak selalu membela diri dengan alasan artikel ilmiah yang menyuarakan pemakluman
atas karaktermu. Kamu bisa jadi lebih baik!
Bagaimana ruang kerja pikiranmu
sekarang?
Seperti
pasar yang sibuk dan berisik. Kamu terlalu banyak berpikir hingga terkadang
sering melewatkan hal-hal yang butuh untuk segera diselesaikan. Ada hal yang
sebaiknya tak perlu kamu urusi, dunia tidak memintamu menjadi malaikat
penyelamat. Kamu harus tahu sendiri di momen seperti apa orang bisa menjadi
seorang penolong ataupun orang yang sibuk ikut campur urusan orang lain yang
tidak minta diurusi. Lagipula, apa yang pikiran kamu kerjakan bukanlah sebuah
kesibukan yang menggolongkanmu sebagai penolong, kamu hanya terlalu terobsesi.
Kuharap saat
kamu terus memutar otak untuk membayangkan yang berlalu, tulisan ini
menyadarkanmu bahwa saat ini kamu tidak lagi punya waktu terus memikirkan kesibukan orang lain. Takdir mereka, milik
mereka. Membantu berbeda dengan meminjam mimpinya untuk kau wujudkan, meski
sekadar angan-angan panjang yang melelahkan. Kamu sudah sadar kan kalau itu
melelahkan?
Sudah sesiap apa kamu dengan
impianmu?
Tidak ada
yang pernah salah dari bermimpi menjadi orang hebat dan terkenal. Yang keliru
adalah saat kamu bermimpi meraihnya untuk dimanifestasikan sebagai kebanggaan.
Sekali lagi, tidak perlu bangga dengan pencapaian baik. Cukup syukuri dan buat
ia menjadi berfaedah karena orang lain merasa beruntung dan bahagia atasnya.
Jika belum, berarti kamu belum jadi apa-apa. Kuingatkan lagi kutipan favorit
kamu: manusia yang baik adalah yang
paling bermanfaat bagi sesamanya.
Oh iya,
apakah mimpi-mimpi yang ingin kamu wujudkan itu adalah murni keinginan
terbesarmu? Sudah sebesar apa persiapanmu? Sudah selapang apa dada kamu untuk menerima
kekecewaan? Saat kamu membaca ini kuharap separuh mimpimu telah menjadi nyata.
Iya, jangan pernah putus bermimpi dan teruslah berlari meraihnya. Allah bersama
orang-orang yang sabar.
Masih banyak yang ingin kusampaikan
kepadamu, diri. Karena malam ini pun bertepatan dengan malam ganjil di sepuluh
malam terakhir bulan ramadan di mana saya ingin mengungkapkan semua yang pernah
terjadi untuk diperbaiki. Kesannya seperti refleksi akhir tahun yah? Saya
berencana mengejar lailatul qadar lebih tepatnya, supaya saat kamu membaca ini
kamu bisa merasakan bagaimana harapan-harapanku beserta doa yang kutembakkan ke
langit tepat sasaran dan kembali sebagai sebuah rahmat. Semoga!
Diri,
kuingatkan lagi bahwa tidak perlu berbuat baik hanya untuk tampil keren.
Sia-sia! Tidak usah membanding-bandingkan diri hanya supaya kamu tetap jadi
jauh lebih kece dari orang sebelah. Surga tidak melihat itu! Saat kamu membaca
ini, kuharap kamu benar-benar telah beranjak dari hitamnya masa lalu, dari
perihnya kegagalan, dan dari indahnya makar iblis yang menipu. Selamat menjadi
baik diri dan teruslah baik!
Tetanda
-ditulis saat malam mulai larut di malam ke 23 ramadan dan berhenti saat lolongan anjing yang
saling memburu makin nyaring-
Gambar: Pinterest
#7DaysKF
1 komentar
Hai, kak 😊
BalasHapusPernah baca buku the Lovable Lady Formula?
Buku bagus untuk seluruh perempuan. Mengubah pola pikir dan untuk aku (dan pembaca lainnya) sangat membantu untuk mengapai semua impian kita.
Hihi... jadi kaya promosi, tapi aku serius.
Selamat bertumbuh menjadi apapun yang kamu mau 😊