Tentang Pemaafan


Banyak sekali hal yang menjadi hangat untuk selalu diperbincangkan. Terutama di saat-saat akhir semester, liburan, ujian, nilai, rencana studi, bahkan hingga masalah organisasi yang biasanya bertepatan dengan laporan pertanggungjawaban. Begitupun denganku, akhir-akhir ini menjadi lebih giat ke kampus, padahal teman-teman sekelas sudah jarang terlihat pasca ujian akhir. Break sementara sebelum sibuk kembali mengurus rencana studi dan konsultasi. Pagi itu di taman kampus, aku dan salah satu teman sedang berbincang banyak hal. Sangat asyik hingga tidak memedulikan orang-orang yang berlalulalang di sekitar. Hingga tetiba seseorang gadis menghampiriku dan teman bicaraku mengode akan kehadirannya. Ah ya, saya sampai tak sadar. Gadis itu pun mengode untuk berbicara berdua. Sepertinya ada hal penting. Teman bicaraku pun menyilakan sembari tersenyum. Beberapa meter dari tempat tadi, gadis pun kini tengah bersitatap denganku. Aku menunggunya memulai pembicaraan.
 
"Maaf!" Ujarnya sembari menunduk lesu dengan wajah sedih kemudian.
"...." Aku masih tak mengerti pada apologinya.
"Maaf!" Dia masih mengulang kata itu. Aku masih memikirkan kata itu.
"Maaf, untuk semua hal, kesalahan-kesalahan saya yang terus terulang!" Dia kembali mengulang kata itu, kemudian aku mulai mengerti mungkin maksudnya adalah 'itu'.
"Iya, nggak apa-apa, semangat ya!" Ungkapku sambil mulai tersenyum. Entah mungkin akan terlihat terpaksa.
"Terima kasih. Jika mungkin kesalahanku telah terlampaui. Mungkin..." Aku memutuskan kalimatnya dengan menyentuh pelan pundaknya. Aku agak takut pada kalimat yang akan dilanjutkannya.
"Sudahlah! ku harap kamu terus bersama kami, dan tetap semangat!" Kupandangi dia lekat-lekat dan dia lalu tertunduk sambil terlihat memikirkan hal yang menjadi beban. Aku masih ingin dia bertahan meski ku tahu ada banyak hal yang tidak dilaksanakannya dengan semestinya. Tetapi, sebagai salah satu orang yang 'penting' baginya, aku harus memahaminya. Meski saat ini aku belum benar-benar menjadi 'pemimpin' yang baik, belum memahami seutuhnya mengapa dan mengapa dia....
*

Dia masih saja menyemangatiku. Mungkin begitulah seharusnya pemimpin? Tetapi ini kesekian kalinya saya terus mengulang kata yang sama. Maaf, maaf dan maaf. Kata itu kujadikan perisai, kata andalan setiap kali saya 'melanggar' sesuatu yang tidak semestinya atau mengabaikan sesuatu yang semestinya. Dia masih saja mempertahankanku diatas segala kesalahan yang sama yang terus terulang kulakukan. Saya mengerti kondisi 'rumah' saat ini, sedang krisis 'perhatian' ditengah aturan yang 'mempersempit' 'bentuk perhatian'. Mungkin karena itukahh dia mempertahankanku? Dia adalah 'pemimpin' yang tegar dan bijaksana, tetapi mungkinkah karena kebaikan seseorang saya malah memanfaatkannya  dengan melakukan kesalahan yang sama berulang kali? Saya menyadari semuanya, tetapi kondisi sekarang entahlah, terasa sulit. Makanya, saya ingin mundur terhormat saja. Tetapi lagi, dia mempertahankan saya. Akankah begini sampai akhir masa?
*

Aku memaafkan dia. Iya aku tahu ini kesekian kalinya dia terus mengulang kata Maaf. Sudah tak terhitung lagi apalagi jika kukonfirmasi dia via pesan singkat. Bahkan kurasa itu lebih baik, daripada dia tidak membalasnya sama sekali. Tetapi, aku masih mempertahankan dia berharap bahwa semangatnya kembali lagi seperti sebelumnya. Aku terkadang bingung dengan mereka, apakah mereka yang seperti dia harus kumaafkan terus menerus? Atau itukan efek atas pemaafan yang terus kuberikan? Dia malah menjadikan pemaafanku sebagai pemaklumannya, begitukah? Aku masih menahan surat peringatan atasanya saat rapat pimpinan. Aku berharap dia kembali bersemangat bersama kami. Karena itulah aku terus memaafkannya, tapi sampai kapan? Kapan semangat dan kesadarannya kembali?

Dia kemudian berdiri dan sekali lagi menatapku entah itukah rasa bersalahnya? Rasa bersalah yang disadarinya tapi entah sampai kapan dia mengakhirinya dan kembali pada right side-nya. Dia melangkah menjauh sambil masih terlihat menunduk. Apa sebenarnya yang menjadi bebannya? Aku sangat ingin tahu. Beritahu aku... Biar ku mengerti mengapa kau bertindak begitu.
***

108/22614

0 komentar