Memulai Kembali 2021

Ini tulisan pertama saya di blog sejak menginjak 2021. Sedih sekali jika melihat daftar tulisan pertahunnya. 2020 tanpa jejak. Padahal, 2020 adalah tahun yang berkesan dalam segala hal terlebih pada proses berjuang dan menguatkan diri. Yaa, manatahu kelak dapat dikompilasi menjadi sebuah album buku. 


Pict: Shutterstock

Tulisan tentang "mengapa menulis" sudah sering saya tuangkan dalam deretan alinea. Perihal alasan, sebab-musabab, urgensinya, manfaatnya, dan berbagai perspektif lainnya. Bukan karena saya sudah pro dalam menulis, terlebih untuk memotivasi diri sendiri agar sadar dengan filosofi memadu "tinta" dan buah pikir.

Rupanya memang sulit. Konsisten itu susah dicapai jika masih setia menggandeng berbagai alasan sebagai penghalang tuntasnya sebuah tulisan menjadi satu bacaan. Bagi saya selama ini, bukan hanya karena padatnya aktivitas, tapi ihwal perfeksionisme. Selalu ingin harus sempurna melahirkan tulisan yang dipublikasi meski sebatas publikasi blog. Beban menjadi lebih berat. Sudahlah menuang ide menjadi tulisan mesti dipaksa, ditambah lagi mesti bagus, menarik, dan sempurna. Padahal kesempurnaan hanya milik Allah kata Bunda Dorce yang tidak pernah alpa mengungkap kalimat tersebut di akhir show-nya.

Selain itu, saya juga sering insecure kalau tulisan saya kelak dijustifikasi buruk, dikomentari negatif dan dinilai tidak sesuai dengan ekspektasi yang saya tanam. Itu rasanya mengecewakan. Benarlah, patah hati paling menyakitkan adalah patah hati karena kecewa setelah berharap kepada manusia. Huhu. Manusia mana yang tidak berharap pujian setelah merasa telah berupaya melakukan yang terbaik atas sebuah karya?

Dasar aku! Sudah tahu begitu, masih juga sulit menulis. Masih juga berpikir berulang-ulang dalam mempublikasi tulisan. Masih juga beralasan ini itu. Pokoknya selalu ada alasannya. Saya curiga, kepala saya menyimpan beragam stok alasan untuk tidak menulis. Huah!

Tahun lalu, hm, 2019 tepatnya, saya berikhtiar mengisi blog dengan mengikuti komunitas ODOP, One Day One Post. Selama di rumah, saya berhasil menghasilkan tulisan, sesuai makna ODOP sendiri. Lalu saya menggendong ransel keluar rumah hingga tiba di tempat sekarang. Alhasil, tulisan blog saya mandeg. Kurang dari sebulan lagi. Tepatnya sepekan lagi menulis, saya ditendang keluar ODOP. Sedih betul rasanya. Padahal sedikit lagi.

Kemudian saya kembali berikhtiar dengan mengikuti KLIP, Komunitas Literasi Ibu Profesional. Oh ya, sudah tiga tahun saya menembus IIP tapi belum berhasil mencapai apapun. Padahal, IIP salah satu komunitas dengan luasnya ilmu. Tahun lalu, seingat saya, diri saya turut serta nimbrung di KLIP lalu terhapus begitu saja oleh seleksi alam. Tidak pernah menulis apapun.

Bukan perihal ide. Tapi lagi-lagi tentang komitmen. Semoga tulisan ini mengawali komitmen diri untuk senantiasa menulis. Target saya di KLIP bisa menghasilkan tulisan bermanfaat di blog sendiri. Semoga nanti bisa memacu diri meningkatkan blog ke tingkar TLD. Ada harapan mengantologikan kisah di tanah rantau juga sih sebenarnya. Heheh. Lalu, berharap bisa dapat badge KLIP sampai level paling tinggi. Woah. Impiannya besar, kan? Iya, bantu doa ya. ;)*

0 komentar