Kepergian Peri Gigi

Banyak orang yang beranggapan bahwa semakin beranjak umur seseorang semakin dewasa ia maka selera juga harus beradaptasi mengikuti perkembangan dirinya. Semisal film kartun, beberapa teman dan orangtua pernah terdengar mengatakan bahwa saat kau telah lulus SMA tidak sepantasnya lagi film kartun menjadi tontonanmu. Alasannya adalah film kartun tidak nyata dan tingkahnya dipenuhi dengan imajinasi tingkat tinggi yang siapa pun tahu itu tidak mungkin. Seperti kucing dan tikus yang berbicara, ada api di bawah laut, hewan-hewan hidup layaknya manusia dan memiliki akal, dan lain-lain tingkah konyolnya. Seberapa lama pun kau menontonnya, kau akan tahu bahwa kejadian didalamnya konyol dan fiktif. Orang dewasa telah cerdas untuk tahu hal-hal yang selevel dengan 'kedewasaannya'. Tentu jangan dibandingkan dengan Jepang yang memang kartun/animenya banyak yang diperuntukkan orang dewasa sehingga ada larangan untuk tidak boleh ditonton anak-anak.


Sekeras apapun pemojokan bahwa beranjak dewasa harus mengubah level selera bagi kebanyakan orang tidak mempengaruhi saya untuk berpikir berubah. Film kartun tetap saja menjadi tontonan yang asik, menghibur, dan seru. Apalagi jika visualisasi gambarnya amat keren, saya makin betah saja melihatnya. Suatu bentuk apresiasi kepada yang membuatnya. Lalu apakah karena saya masih senang dengan imajinasi tingkat tinggi  yang kata orang 'konyol' sehingga itu berpengaruh dengan kehidupan saya?

Apakah benar, saya harus mengubah selera mulai saat ini sehingga saya tidak terlalu terpengaruh dengan keajaiban negeri dongeng 1001 malam? Dahulu saya merasa bahwa ketika saya ingin melakukan sesuatuhal atau merencanakannya, lantas rencana tersebut terganggu oleh suatu kejadian tak terduga. Maka keadaan pada saat itu membuat saya berpikir bahwa itu adalah suatu 'keajaiban' layaknya ada peri gigi yang menolong saya untuk tidak menjalankan rencana tersebut karena ada hal buruk yang akan terjadi saat dijalankan sehingga terjadilah hambatan. Kejadian itu tidak terjadi sekali dua kali sehingga membuat saya selalu berpikir bahwa tiap kali ada rencana lantas ada hambatan yang meminta saya memilih melakukan yang mana, maka saya memillih yang kedua sebab mengira sebuah 'keajaiban' menunda rencana. Saking biasanya dan telah percaya terus dengan hal itu, saya melakukannya hingga saat ini dan sialnya itu menguras keprofesionalan saya. 

Dahulu, saya selalu diuntungkan ketika memilih membatalkan rencana karena ada 'hambatan' dan prediksi  saya atas 'bantuan' peri gigi itu tepat. NAMUN, kini setiap kali saya melakukan hal yang sama kerena telah tersugesti dengan pikiran itu, maka kerugian melanda saya amat sangat. Beberapa kali saya terjebak dengan hal-hal yang memojokkan dan perasaan bersalah yang besar karenanya. Saya selalu merasa dan berpikir bahwa keadaan akan menjadi lebih baik sama seperti yang pernah terjadi. Ketika saya tidak mengindahkan rencana karena hambatan, saya mengira akan terus diselamatkan oleh peri gigi. Lantas yang terjadi? Saya amat menyesal. Kemudian saya merenung kembali bahwa kehidupanku telah berubah. Mungkin seiring bertambahnya usia dan beberapa keburukan yang terjadi, peri gigi telah pergi dari kehidupanku. Mungkin si peri gigi kini menemani orang yang seusia sama denganku saat dia disampingku memberikan keberuntungan-keberuntungan yang lmelenakan hingga kini.

Saya seharusnya sadar bahwa selama ini terperangkap dalam 'ranjau' keberuntungan peri gigi atau bahkan mungkin peri gigi tidak pernah ada. Saya hanya berada dalam situasi yang benar-benar menguntungkan saja secara kebetulan? Tapi saya tidak sepenuhnya percaya pada kebetulan-kebetulan itu. Saya seharusnya sadar bahwa saya tidak hidup di negeri dongeng dan saya bukan Hakaze (Tuan Puteri dalam serial anime Zetsuen no Tempest) dimana tidak mungkin pohon genesis selalu berpihak kepadaku dengan melakukan berbagai cara yang akhirnya menguntungkanku. Saya harus belajar menyadari bahwa dunia ini bukan negeri dongeng seperti yang selalu ada dalam benakku. Berarti selama ini, kartun-kartun itu sukses mencuci otakku dengan imajinasi dan harapan pada peri gigi? Mungkin hanya kesadaran saja yang belum muncul dari kebiasaan dahulu yang menyusgesti amat dalam. Tapi saya masih yakin, bukan sepenuhnya efek film kartun.*

Images source: Pinterest

@NN@ @My Sweetest Palace
11002212214



0 komentar