Anugerah Makan Gratis :Q

Berada di Sinjai dalam waktu sesingkat 3 bulan merupakan suatu anugerah bagi kami , Mahasiswa PPL Smansa dan juga mungkin bagi siswa-siswa kami. Kami menjalin keakraban dengan mereka hingga tak jarang mereka melakukan hal-hal yang menyentuh dan hal-hal yang menyenangkan hati. Beberapa kali kami mendapat undangan makan malam di rumah para siswa. Acara makan malam yang sengaja diadakan untuk kami dan acara makan yang memang mengundang kami turut hadir menyantapnya. Keakraban antara para siswa dan guru Smansa ternyata sangat dekat. Beberapa kali kami mendapat undangan makan malam yang diadakan suatu kelas di rumah wali kelasnya. Beberapa undangan dalam rangka perpisahan dengan kami yang mengundang beberapa guru. Beberapa pula atas nama ulang tahun kelas. Mungkin saja ini tradisi mereka, setiap ulang tahun kelas ada perayaannya. Apalagi memang siswa-siswa Smansa memilki nama untuk kelas mereka yang bertahan hingga lulus. Undangan makan makin membanjir kala mereka tahu bahwa kurang dari sebulan kami akan meninggalkan kota mereka. Bahkan sempat terjadi pertentangan waktu untuk mengadakan acara. Mereka memang lebih lowong ketika malam hari sebab siang terlalu sempit untuk persiapan dan acara. Selalu ada yang menarik dari setiap undangan makan malam. Mereka mempersiapkan suatu keseruan seperti acara karaoke di rumah siswa yang memang memilki fasilitas itu, foto-foto, cerita, bakar-bakar ikan, dan lainnya. Menu andalan dinner adalah ikan bakar, nasi kuning, dan minas (ireks). Sinjai memang terkenal dengan pasokan tangkapan ikan melimpah yang murah bila dibeli dipelelangan, entah mengapa beberapa dinner ikan bakar selalu disandingkan dengan nasi kuning?! Minas atau lebih akrab disebut Ireks adalah minuman khas Sinjai yang dibuat dari singkong fermentas dicampur dengan buah-buahan. Saya jatuh cinta dengan minuman ini sejak pertama kali mencobanya. Belum coba? Patut mencoba sebab setelahnya akan ketagihan J

Nah, beberapa kali pula kami turut makan di mata pelajaran prakarya siswa di sekolah. Ada mata pelajaran namanya prakarya, di kelas XI mereka membuat makanan tradisional. Sempat kami menikmati mie titi, barobbo, soto banjar buatan siswa sekelas tersebut. Hal ini tentu saja suatu anugerah untuk kami :) Tidak lengkap rasanya bila berada udi Sinjai lantas belum pernah mengunjungi pelelangan ikannya yang terkenal besar dan menghasilkan tangkapan melimpah. Suatu malam kami diajak makan di pelelangan ikan oleh Pak Mapram dan pak Amin Cato' di pelelangan ikan. Lebih tepatnya kami di traktir :) Alhamdulillah sekali. Di pertengahan makan, ternyata pak Kepsek Smansa datang bersama istri juga. Bertambah serulah suasana kala itu. Nikmatnya makan ikan bakar di pelelangan itu benar-benar tidak terlukiskan. Puas sekali. Dapat nasihat dari bu Kepsek kalau makan ikan bakar jangan makan banyak nasi tapi sedikit saja, yang diabnyakin yah ikan bakarnya, kan lagi makan ikan bakar. Apalagi ditambah bumbu cobek yang nikmat. Pasti rugi kalau belum pernah ke pelelangan ikannya.

Ada lagi acara-acara resmi yang mengundang kami untuk makan gratis. Nah, momen undangan makan gratis inilah para piketers diuntungkan atau bisa bernafas lega karena mengurangi kerja-kerja di dapur. Sayangnya saya hanya dapat satu kesempatan bebas tidak memasak yaitu pas undangan makan malam di rumah tantenya Korsek Smansa, Yusba yang juga Hotel Srikandi. Di moment ini kami menyempatkan untuk berfoto dengan artistic hotel yang menarik. Saya ingat tepat di malam itu pula kami semua makan dengan perasaan deg-degan menanti apa kemungkinan yang akan kami dapati sepulang dari dinner itu. Sseuatu telah terjadi dan kami menyadari konsekuensi yang mungkin saja akan terjadi dan saat itu pula kami sudah mewanti-wanti kemungkinan buruknya. Acara resmi yang pernah kami hadiri adalah acara akikahannya orang yang entah itu siapa tetapi yang mengundang adalah guru Smansa yang ternyata juga hanya menjadi tamu undangan. Di acara akikahan itu kami diperkenalkan dengan makanan khas Sinjai yang berupa sayuran yang memang baru pertama kalinya kami coba bernama Danca. Sejarahnya sebenarnya itu adalah makanan campuran dari India yang katanya dulu banyak pedagang dari India yang datang ke Sinjai. Adapula acara mapacci dan pernikahan salah satu guru Smansa.
 
Sewaktu dinner di hotel Srikandi

Acara makan-makan yang paling sering adalah makan BSS-an di warung depan Smansa. Warung es teller dan es pisang ijo, nah kalau masih pagi dan perut masih keroncongan biasanya kami memesan bubur kacang hijau. Ada juga rumah makan yang jadi andalan saat tidak ada bahan makanan di posko, Rumah makan Pasundan yang dekat dengan tugu putar tidak jauh dari posko. Posko kami memang terasa strategis :D. Perjalanan makan yang paling euh adalah saat makan siang dari posko, Sinjai Utara ke Lancibung, Sinjai Selatan. Terbayang kan betapa jauh tempat makan siang yang kami tempuh. Ternyata tempat makan itu adalah warung bakso yang memang terkenal banget. Untung saja, warung itu juga menyajikan sup ayam sehingga saya masih bisa tetap makan dengan lahap. Kami mudah saja mengakses lokasi tempat makan meski jauh sebab Korsek mampu mengemudi mobil. Tak jarang pula kami mendapat anuerah traktiran dari siswa SMansa, nah ada siswa yang paling sering traktir kami namanya Resky. Dia baru saja menikah dan sayangnya kami tak sempat menghadiri hajatannya. Semoga saja dia tidak kecewa mendalam. Selain traktiran, sering pula dia membawakan makanan ke posko saat malam dan sore hari. Momen makan-makan itu punya tempat yang dikenang pula, sebab terkadang undangan makan itu datang tepat waktu saat kami benar-benar sedang lapar-laparnya. Momen makan-makan juga menolong piketers untuk tidak bersibuk-sibuk di dapur. Ada yang bilang dari makanan turun ke hati. Ya, momen itu salah satu yang membuat kami, para siswa, dan juga para guru menjadi akrab. Bercerita santai dan saling menghibur.*

Touring makan penuh anugerah

All images sources: dok Pribadi

@NN@ -- @Sweet visited place
@Sinjai Utara -- Agustus -- November 2014

0 komentar