5 Aktivitas Seru Facebook-an Anak Lawas

space gray iPhone 6 with Facebook log-in display near Social Media scrabble tiles
Sekarang sudah mudah mengakses Facebook (Foto oleh William Iven)


Pertama kali saya mengenal Facebook adalah sewaktu masih sekolah. Saat itu internet belum ramai diakses seperti hari ini. Belum ada ponsel pintar dan Nokia masih merajai merek ponsel genggam monokrom dan layar warna berkamera VGA. Dulu, jika ingin Facebook-an, orang harus ke warnet yang seringnya dijumpai di sekitar sekolah. Saya biasanya menghabiskan dua jam sewa internet, duduk di depan komputer hanya untuk mengakses Facebook. Waktu benar-benar tak terasa.

Facebook-an zaman dulu sama sekarang sudah sangat beda. Aktivitas ber-Facebook ria juga sudah jauh seperti lima tahun pertama saya mengenalnya, sejak 2008 sampai 2012. Beberapa akun yang menjadi teman Facebook (FB) seru-seruan saya juga sudah banyak yang mengundurkan diri dari platform media sosial ini. Ketahuan banget yah usianya. Mungkin mereka sudah bosan dan tidak tertarik lagi FB-an sebab kini FB memang sudah berubah.

Mengapa FB-an zaman dulu lebih seru? Apa yang membuatnya seru dan menjadi berbeda dengan sekarang? Setidaknya, lima hal berikut yang saya rasa dan amati sampai masih menjadi pengguna FB semi-aktif saat ini:

Chatting adalah sebuah previlege

Tidak seperti sekarang, dulu chatting terbatas hanya bisa lewat SMS, itupun jika punya banyak kuota SMS gratis. Jika tidak? Yaaa... selamat! Pertanyaan/SMS anda akan tergantung di sudut pikiran sampai pemilik nomor punya pulsa atau merelakan pulsanya buat sekadar membalas singkat ya/tidak.

Di FB, jika bertemu teman lama (teman sekolah dan kenalan) biasanya ada semacam perasaan bahagia. Apalagi jika sudah lama tidak bertatap muka dan tidak bertukar kabar, berteman di FB seakan menjadi penghubung untuk tetap keep in touch.  Pada jam pulang sekolah (pukul 13.00 – 15.00) biasanya bakal banyak teman-teman yang online. Momen itulah yang biasanya bikin chatting-an jadi seru. Mulai dari bertanya kabar sampai hal detail yang sekarang dialami.

Kalau sudah chattingan, tab chatting terbuka sampai lima, biasanya bakal bikin lupa waktu. Awalnya menyewa buat duduk ngenet dua jam bisa kelewatan sampai 30 menit. Betapa chatting adalah sebuah previlege, tidak sering dilakukan dan menjadi sebuah momen berharga. Sekarang? Chattingan di FB kebanyakan hanya untuk konfirmasi/klarifikasi pernyataan dari status postingan. Sudah seperti seleb-seleb yang dituduh pansos.

WtW-an receh tetap seru

Pengguna FB angkatan baru mungkin tidak lagi mengenal istilah WtW. Jadi WtW adalah Wall to Wall. Hampir sama dengan chatting, hanya saja pengguna FB saling membalas di dinding masing-masing. Jadi bakal terlihat kalau aktivitas pengguna sering berkomunikasi dengan teman mayanya. Dulu, FB memang punya fitur di mana pengguna menulis di dinding teman akan langsung ada tombol yang mengarahkan untuk membalas ke dinding pengguna lain.

Sekarang, aktivitas serupa sudah dilupakan. Bahkan FB sudah dipermudah dengan membalas postingan di kolom komentar tanpa perlu mengunjungi akun pengguna. Mungkin pihak FB berpikir membalas postingan dengan mengunjungi akun pengguna adalah rumit. Padahal pengguna FB angkatan lama menikmatinya. Selain bisa melihat pembaruan dari akun teman, pengguna juga bisa melihat aktivitas percakapan lain yang dilakukan teman tanpa melihat detail isinya. Sekarang? WtW-an sudah dihapus dari FB.

Grup adalah lingkaran sosial penghapus gundah

Jika harus berteman dulu baru bisa kenalan dan seru-seruan, pemikiran dan situasi tersebut dulu tidak berlaku di FB. Grup adalah tempat terbaik untuk seru-seruan tanpa perlu menambah para penghuni grup sebagai teman. Saya bergabung dengan beberapa grup yang selain buat senang-senang, juga melatih kreativitas saya.

Ada grup perkumpulan pecinta drama korea yang bukan sekadar posting drama rekomendasi tetapi sekaligus menantang anggota grup untuk terlibat dalam drama korea. Nah loh? Jadi admin grup bakal posting satu judul drama yang pernah tayang dan banyak ditonton penghuni grup (berdasarkan survey di grup). Selanjutnya, admin bakal menulis daftar pemain dari drama sesungguhnya yang akan diambil peran oleh para penghuni. Jadi, semacam parodi drakor begitu. :D

Dulu saya nimbrung di dua judul drama berbeda, drama kolosal sama drama keluarga. Pembagian peran didasarkan pada siapa yang lebih dulu mengklaim peran. Jadi harus gercep. Saya sering dapat peran yang kalau di drama TV itu hanya figuran. Saya ingat waktu main di drama Dong Yi, saya berperan jadi tabib istana yang sudah kakek-kakek.

Permainan kami itu tanpa naskah, cukup berkomentar pada situasi yang diberikan admin. Misalnya “permaisuri ratu marah karena terlambat mengetahui kabar jika raja sakit” lalu semua pemain akan muncul berkomentar di kolom sesuai karakter di drama TV. Pemeran antagonis bakal marah-marah, menyalahkan, menyudutkan dan lain-lain. Pemeran protagonis akan muncul seperti malaikat. Pokoknya seru! Di sini kreativitas kita diuji. Seseru apa adegan berlangsung bergantung pada kreativitas para pemain dalam menanggapi dan menjalankan alurnya.

Selain di grup drama korea, pernah juga ada grup “dunia baru”. Admin grup semacam membentuk grup menjadi sebuah negara baru yang presiden, menteri, dan tetek bengek negaranya ditentukan bersama. Saya dapat jatah jadi menteri keuangan. Hampir mirip dengan grup drakor, akan ada situasi-situasi yang dibagikan admin di mana para penghuni akan menanggapi. Misal, lagi krisis keuangan. Penghuni grup diminta menanggapi dan mencari solusi. Jadi, grup ini melatih kemampuan berpikir kritis kita juga.

Di grup yang isinya teman-teman komunitas di dunia nyata di mana kami saling mengenal pun tidak kalah seru. Selalu ada tantangan di mana kolom komentar bakal ramai oleh tulisan-tulisan panjang. Grup selalu menjadi hiburan tersendiri, tempat yang bisa bikin senyum-senyum sendiri sampai tertawa. Berbeda dengan sekarang di mana fungsi grup FB serupa sudah pindah ke WA. Bedanya, dulu semua terkontrol oleh waktu. Sekarang? Bebas.

Berkomentar juga butuh kreativitas

Baik dulu maupun sekarang, menulis status FB sepertinya tetap butuh kreativitas dan daya tarik. Biar semakin kreatif dan menarik bakal mengundang banyak orang berkomentar dan ramailah. Berkomentar di status FB seseorang kadang-kadang menjadi sebuah hiburan juga. Serius tapi santai dan lucu. 

Sekarang? Semua serba serius. Status pengguna adalah tentang menyikapi isu dan polemik negara. Tak jarang banyak yang bertengkar di FB atau saling unfriend gara-gara status yang menyinggung atau berbeda pandangan. Belum lagi, hoaks tersebar masif karena tombol share.

Wadah berbagi momen

Dari dulu hingga sekarang, FB masih jadi tempat mengunggah dan menyimpan foto dalam album bagi sebagian orang. Namun dulu,  sebagian besar orang benar-benar membuat album khusus yang diberi judul sesuai momen untuk menampung sejumlah besar foto-foto. Selain itu, foto yang dibagi ke FB tidak sekadar diunggah untuk dipamerkan. Setiap wajah yang terpampang dalam gambar ditag kepada para pemilik akun.

Barulah di tahun-tahun sekarang FB mengingatkan kembali tentang kenangan tersebut sehingga pengguna seakan flashback. Momen-momen nge-tag seperti itu, sering menjadi tempat menyenangkan karena akan diserbu komentar para pengguna. Selain berbagi foto, FB juga dulu jadi momen berbagi hal-hal mengharukan dalam bentuk catatan. Pengguna yang biasanya pandai bersyair bakal bikin puisi sedih terus mengetag semua teman-teman untuk membaca.

Bukan hanya puisi, kadang isi hati, cerita hikmah, dan hal-hal yang dapat menjadi pengingat. Aktivitas menulis catatan seperti ini sebenarnya bisa banget jadi wadah buat melatih keterampilan menulis dan berbagi tulisan. Tidak jarang, banyak yang berbaikan setelah membaca isi hati teman yang mengungkapkan kejujuran di catatannya. 

Kini, hal serupa sudah jarang terjadi. Siapa sih yang masih nulis di catatan FB? Zaman benar-benar berubah. Padahal catatan FB bisa juga dikomentari oleh pengguna yang bukan teman. Fungsinya bisa sama seperti blog.

2 komentar

  1. senyum-senyum sendiri gue bacanya Kak. hehe. kayaknya emang seruan zaman dulu deng Fb-an mah, ada nilai lebihnya gitu walaupun akses ke facebook harus ke warnet dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, zaman dulu fb-an seru banget. Keseruannya udah gak bisa ditemukan lagi di zaman sekarang.

      Hapus