RESENSI BUKU: Sang Penandai
Saya lupa
tepatnya ini novel Tere Liye yang ke berapa yang tamat saya baca. Yang pasti,
novel-novel Tere Liye yang habis saya baca selalu yang bergaya melankolis dan
mengharukan, termasuk Sang Penandai ini. Bercerita tentang pemuda melankolis
bernama Jim yang kehilangan cinta pertama yang diakuinya sebagai cinta
sejatinya—sebab sepeninggal sang kekasih, sulit baginya membuka diri. Gadis itu
Nayla, putri yang cantik dan mempesonakannya, anak dari Raja di negeri
seberang. Novel ini mengambil latar dunia secara universal tanpa menyebutkan
lokasi secara pasti, latarnya di Negara-negara luar bukan Indonesia.
Kekasihnya yang
bunuh diri karena tidak bisa bersatu dengannya membuat Jim frustrasi, bahkan hampir
menyusulnya. Lalu Sang Penandai datang mengatakan bahwa Jim punya dongeng yang
belum selesai. Pencinta sejati tidak akan
menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya. Kalimat
kunci dongengnya. Maka Jim tetap melanjutkan hidup dengan hati hampa dan
terluka. Ia kemudian bergabung dengan Armada 40 kapal yang dipimpin Laksamana Ramirez
dalam ekspedisi menuju Tanah Harapan.
Paperback, 295 pages Published December 2011 by Penerbit Mahaka (first published July 1st 2005) |
Bersama Armada
40 kapal, banyak kisah menarik yang diceritakan. Mulai dari pertarungan dengan
perompak Zu Yi, pertarungan dan perjodohan di Kota Champa, bencana kura-kura
raksasa, perjalanan ke puncak Adam, hingga pertarungan antar anak buah kapal (perang
saudara) melawan Laksamana Ramirez dan rekannya yang telah lelah tak kunjung
menemukan Tanah Harapan.
Tanah Harapan yang
mereka tuju ternyata adalah akhir dari perjuangan mereka. Laksamana Ramirez
yang juga memiliki dongeng, mengakhiri dongengnya di sana. Menghilang, kembali
kepada apa yang amat dirindukannya. Sementara Jim kehilangan sahabatnya, Pate,
yang dibunuh Gerombolan perawan. Jim ditawan oleh para Gerombolan perawan itu
dan disiksa hingga tak sanggup lagi menahannya. Terus mempertanyakan tentang
ujung dongengnya di tengah sengsara.
Sang Penandai
datang dan menceritakannya kisah serupa seperti yang Jim alami. Hanya bedanya,
Jim tengah mengukir dongengnya dengan sangat baik. Telah tegar, tidak mencoba
bunuh diri atas kematian kekasih sejatinya. Sekalipun itu membuatnya menderita
dan terus terluka. Dongeng Jim ialah bagaimana ia melanjutkan hidupnya walau
tak mendapat cinta sejatinya, menjalani hidup dengan beban yang ditanggungnya.
“Tahukah kau anakku. Setiap kali seorang anak manusia terpilih untuk menjalani kisah-kisah ini, maka seluruh semesta alam menggabungkan diri berharap dan membantunya. Setiap kali seorang manusia memutuskan untuk mewujudkan mimpinya, seluruh semesta alam bersepakat menunjukkan jalan-jalannya…” hlm. 345
“…ada orang-orang yang tidak bisa keluar dari situasi tersebut dan tidak juga bisa berpura-pura menerima meneruskan hidup. Mereka benar-benar orang-orang yang berubah jalan hidupnya… Berubah. Mereka mungkin jauh telah meninggalkan cinta pertama itu, tapi mereka masih mengingatnya. Satu kali mengingat satu keluhan, satu kali mengenang satu harapan, satu kali membenak satu penyesalan. Penyesalan. Mereka menyesali jalan hidupnya.” hlm. 348
“Diungkapkan atau tidak mereka sudah memiliki perasaan tersebut. Mereka semua sudah terjebak dengan masa lalunya sama seperti kau, perbedaannya kau ditakdirkan menjalani dongeng ini, menunjukkan kalau kita selalu bisa berdamai dengan masa lalu. Berdamai dengan perasaan itu. Apa kau tetap tak bisa berdamai dengan masa lalu itu?” 349
“Kau tak akan pernah bisa berdamai dengan masa lalumu jika kau tidak memulainya dengan kata memaafkan. Hatimu harus memulai memaafkan semua kejadian yang telah terjadi. Tidak ada yang patut disalahkan.” hlm. 349
“Masalahnya, penerimaan itu bukan sesuatu yang mudah. Banyak sekali orang-orang di dunia yang selalu berpura-pura. Berpura-pura menerima tetapi hatinya berdusta… Hanya pemilik semseta alam tang bisa dengan mudah mengubah hati. Di luar itu kita semua harus berlatih untuk belajar menerima. Apakah itu sulit? Tidak Jim. Itu mudah. Tapi kau memang tak pernah memulainya. Dan kau terjebakl justru dalam segala penyesalan. Urusan ini tidak boleh melibatkan walau sehelai sesal.” hlm. 351
Itu beberapa
kalimat yang dilontarkan Sang Penandai kepada Jim menjelang akhir dongengnya.
Kalimat-kalimat super yang mampu menggugah orang-orang untuk move on. Lalu semoga saja benar-benar
bisa move on, termasuk bagi yang
membacanya. Melupakan masa lalu yang terkadang masih sering datang menghampiri
dan mendatangkan penyesalan. *Tentang siapa Sang Penandai itu, sila buka
halaman 46 (Heheh). Karakternya hampir mirip dengan Orang berwajah menyenangkan
di Rembulan Tenggelam di Wajahmu, karya Tere Liye yang lain.
@NN@ - @My Sweetest Palace
0505162154
I'm gonna start to move-on
0 komentar