Welcome di kelas Kami!

24 Oktober 2015

Kesan pertama yang manis pada sebuah pertemuan akan memompa lebih banyak semangat untuk merajut pertemuan dengan kesan-kesan lebih bermakna. Semanis sambutan yang diberikan anak-anak kelas empat SD Paccinang, salah satu sekolah dasar di daerah Tello itu kepadaku saat pertama kali memasuki ruang kelas mereka. Sebenarnya bukan pertemuan pertama oleh teman-teman NBS kelas pagi (tim A) kepada anak-anak (yang selanjutnya akan kupanggil adik-adik). Dua pekan sebelumnya telah dilakukan perkenalan dan mereka telah mengerti bahwa setiap dua pekan sekali akan ada tiga kakak yang menggantikan posisi guru mereka dan mereka menyambut hal itu dengan antusias dan senang. Semua terlihat dari respon dan ekspresi mereka saat Kak Hikmah dan Vivi masuk ke kelas mereka. Mereka langsung menyapa penuh semangat. Ada yang berkata halo, meneriakkan kata NBS, dan bisik-bisik yang menyebut nama kakak relawan. Beberapa detik saya menyusul masuk dan mereka bertanya-tanya. Pelan mereka menanyakan namaku dan mencari Kak Ica yang mengisi kelas mereka di pertemuan pertama.

Meski telah berkenalan, kami belum mengenal satu persatu nama adik-adik itu sehingga kami meminta mereka menuliskan namanya di atas kertas dengan boardmarker. Mereka pun menulis nama mereka besar-besar, bahkan ada yang menghias dan membuat tulisan gaya yang malah membuat tulisan mereka susah dibaca. Selingan permainan akan selalu kami lakukan dengan harapan agar adik-adik tidak jenuh selama pertemuan dan tetap semangat mengikuti kelas hingga usai. Pertemuan itu, kami memberikan permainan memenggal kata. Jadi, permainan yang diberikan pun tetap edukatif dan menghibur. Masing-masing dari kami telah menulis beberapa kata dan mengarahkan adik-adik pada cara menjawab tantangan memenggal kata. Adik-adik sangat antusias dengan kata-kata yang tertulis di papan. Mereka berlomba mengacungkan tangannya untuk naik menjawab. Kami pun berinisiatif memilih mereka secara acak berdasarkan baris bangku dengan harapan mereka bisa lebih tenang, tetapi semangat mereka terlalu menggebu-gebu.

“Ih Kakak, saya dari tadi angkat tangan tapi tidak pernah ditunjuk kodong!” Kata seorang adik yang terus berdiri sambil mengacungkan jari telunjuknya.

“Dehh Kakak, perempuan terusji na pilih…”

“Ehh, kamu tadi sudah naik, yang lain lagi!” Kakak relawan menyela.

Beberapa adik melakukan kesalahan dalam memenggal kata. Berulang kali melihat jawaban temannya yang benar, akhirnya mereka mengerti huruf yang dipenggal yang seperti apa dan bagaimana menentukannya. Vivi sudah bersiap untuk mejelaskan materi hari itu, mengarang dengan menggunakan kerangka karangan berbantu 5W+1H. Saat Vivi menanyakan tentang apa itu 5W+1H yang merupakan kata tanya dalam bahasa Inggris, ternyata beberapa adik mampu menjawab: What, When, Where, Who, dan Why + How. Senang sekali melihat ekspresi mereka saat salah menjawab, mereka langsung spontan berteriak, “Ohh…iya di’. Itu mi Kak ku maksud!” Ckckck…

Seperti ini materi yang diberikan untuk kerangka karangan

Vivi memberikan contoh membuat karangan dengan bantuan 5W+1H dan mereka mengikutinya. Saat ditanya sudah paham, mereka mengiyakan dan tidak ada pertanyaan yang diajukan. Kami pun mengarahkan adik-adik untuk membuat karangan dengan kerangka 5W+1H dengan tema “Wali Kelasku”. Sebuah tema yang kami anggap cukup dekat dan mereka ketahui. Kebanyakan terlihat masih berpikir apa yang akan ditulis dan mulai darimana. Kami berusaha membantu mereka dengan memancing sebuah pertanyaan.

“Kalian bisa tulis siapa nama wali kelas kalian, dimana rumahnya, bagaimana karakternya, bagaimana cara mengajarnya, dan yang kalian ketahui…”









Gambar menunjukkan beberapa tulisan adik-adik di pertemuan pertama. Pola penulisan kalimatnya cenderung sama dan mengikuti contoh. Paragrafnya pun masih satu.

Beberapa orang terlihat mulai menulis dan yang lain masih juga terlihat bingung. Ada juga adik yang berkumpul di meja temannya—mungkin yang dianggapnya pintar lalu melihat apa yang ditulis temannya. Kami mengira mereka dapat inspirasi dari tulisan temannya, ternyata mereka menjiplak tulisan karya temannya itu. Akhirnya, saat karangan mereka dikumpul, ada beberapa anak yang sama tulisannya. Tapi jelas, yang menjiplak itu tulisannya tidak selesai sampai akhir. Cara menulis adik-adik pun masih sama dengan apa yang kebanyakan terjadi—mengikuti contoh. Contoh karangan yang diberikan adalah tentang “Berangkat ke Sekolah”. Kami membimbing adik-adik merunut kegiatan yang dilakukannya hingga ke sekolah dan yang dilakukannya sesampainya di sekolah. Ketika mengarang tentang wali kelas mereka, yang mereka tulis pertama kali adalah kegiatan sebelum ke sekolah. Ini membuktikan kalau adik-adik masih terbiasa mengikuti contoh sepenuhnya, padahal temanya berbeda dan telah dipancing dengan beberapa pertanyaan untuk kerangka karangan.
Satu paragraf setidaknya  lebih baik daripada satu baris seperti gambar diatas, mau mengoreksi seperti apa?

Kebiasaan mengikuti contoh seperti ini memang masih sering terjadi pada kalangan anak-anak SD yang parahnya akan terbawa hingga dewasa. Hal ini tentu saja dapat mematikan kreativitas mereka dan membuat mereka menjadi bergantung pada hal-hal yang harus berdasarkan contoh. Ini telah dibiasakan saat mereka mendapat pelajaran di sekolah, guru menjelaskan tentang perhitungan—perkalian misalnya. Guru kemudian memberi soal-soal dan ketika anak-anak bertanya tentang jawaban, guru pasti menjawab, “Kerjakan seperti contoh yang telah diberikan.” Hal ini tentu wajar dan benar sebab mengalikan dua buah bilangan (misalnya dalam bentuk ribuan) pasti cara mengalikannya sama (meski ada metode lain seperti sempoa jari, tetapi  tidak dipraktekkan di sekolah). Tetapi untuk hal seperti mengarang juga membutuhkan kreativitas dan imajinasi dalam menuangkan tulisan sesuai dengan tema. Metode menulis yang baik dan benar hanyalah arahan agar tulisan lebih nyaman dibaca dan sesuai kaidahnya.

Adik-adik pun mengumpulkan karangan mereka sebelum beristirahat dan kami mengakhiri kelas NBS dengan memberikan PR mengarang bertema “Aku dan Ibuku”. Tema yang sangat pribadi yang kami yakin semua pasti menulis dengan banyak paragraf untuk mengungkapkan tentang ibunya. Kami berharap semua adik-adik mampu menyelesaikan dan mengumpulkan PR mereka di pertemuan selanjutnya dengan pemikirannya sendiri.***

Image sources: Dokumentasi pribadi

@NN@ - @My Sweetest Palace
Kelas baru dua pekanan 

0 komentar