Tahu Bagaimana Karakter Mereka

Makassar, 7 November 2015

Sebuah pesan singkat masuk membuat handphoneku bergetar sebagai penanda. Pesan dari Vivi yang berhalangan hadir di pertemuan kedua karena suatu kepentingan. Jadi, hanya saya dan Kak Hikmah yang mengisi pertemuan hari itu, namun kami tetap mengambil hasil periksaan tugas adik-adik di asrama Vivi. Baru selesai membaca doa belajar, adik-adik sudah berteriak minta bermain. Permainan hari itu adalah menyambung kalimat. Tema yang kami ambil adalah “Aku dan Sahabatku”. Setelah menjelaskan cara bermain, maka saya memulai kalimat pertama. Kalimat selanjutnya disambung oleh adik yang kami tunjuk. Mereka masih terlihat semangat untuk menjawab bahkan sampai maju ke depanku saking inginnya ditunjuk. Beberapa kalimat telah mereka tulis. Masalah yang selalu muncul saat mereka menulis hampir selalu sama, penulisan huruf kapital dan tanda titik. Saya memeriksa tugas mereka pekan lalu dan menemukan banyak sekali pelanggaran dan kealpaan mereka menggunakan huruf kapital di awal kalimat dan nama orang. Mereka juga lupa mengakhiri kalimatnya dengan titik bahkan menulis layaknya bait puisi. Jadi, permainan sambung kalimat hari itu mengajarkan mereka dua hal tadi dan juga penulisan kata depan ke dan di pada nama tempat yang harus dipisah. Adik-adik yang lain pun semangat meneriakkan salah saat ada adik yang masih salah menulis huruf kapital dan memperbaiki penulisannya.

“Kak Haerul sembunyi di bawah kolong meja.” Kata Amel yang sebaris dengan Haerul.

“Bikin apa disitu Haerul?” Haerul yang ditanya malah senyum-senyum dan lompat kembali ke bangkunya. Menit berikutnya Haerul malah jalan mondar-mandir seperti ada duri di bangkunya yang membuatnya tidak tenang untuk duduk diam.“Kenapa jalan-jalan? Mau naik menjawab juga?Ayo sini Haerul naik!”

“Ihh Kak na tumpahi air minumnya di lantai padahal baru sudah di pel!”

Weh siapa kasih tumpah air? Mentong inee!” Mega yang duduk di bangku belakang langsung bereaksi dan marah seakan dia mau memukul temannya yang menumpah air. Katanya dia yang piket jadi marah karena kerjaannya ternodai padahal adik-adik hari ini belajar di kelas tanpa menggunakan sepatu—begitupun kami karena dia melarang setitik pun kotoran mengotori lantai yang memang hari itu bersih sekali. Jadi kami memutuskan semua tanpa sepatu. Suasana menjadi ribut, padahal Kak Hikmah telah siap untuk menjelaskan tentang penggunaan tanda baca.

“Masih mau belajarkah? Kalo sudah tidak mau belajar, kakak berhenti saja lalu kakak pulang!!! Mega, tidak usah di pel itu! Sekarang waktunya belajar bukan ngepel!!!” Intonasi suara Kak Hikmah meninggi dan adik-adik pun menjadi diam sejenak. Mereka tahu bahwa saat ini tensi udara tengah meninggi.

Kak Hikmah lanjut menjelaskan tentang penggunaan tanda titik, tanda koma, tanda seru, tanda petik dua, dan tanda titik dua beserta contohnya. Saya masih mengawasi adik-adik yang ternyata masih cerita dengan temannya. Bahkan, ada yang membawa smartphone sambil cerita tentang pencapaiannya di COC. Tiba saatnya mereka disuruh menulis lalu mengerjakan tugas berupa menuliskan dua contoh penggunaan tanda baca. Entah hari itu adik-adik memperlihatkan kemalasannya. Sedikit sekali dari mereka yang menulis, malah melanjutkan bercerita, setelah ditegur berhenti lalu lanjut lagi! Haerul jadi ‘man of the class’ hari ini. Mengganggu teman menulis, berulah, mondar-mandir, dan tidak mau menulis. Dia pun mempengaruhi yang lain, Isnan dan Andika yang rajin dan pintar itu jadi ikut-ikutan malas menulis. Ada lagi Trio Roofiu, Adi, dan Putra yang dari tadi tidak mau berhenti bicara, sekarang pembicaran mereka ngalor ngidul kemana-mana mulai dari pembahasan khas anak-anak sampai tentang berita di TV. Ketua kelasnya juga, Resyadi, malah membuat teman sebangkunya menangis. Ada lagi Mega yang tidak mau duduk dibangkunya menulis tapi berdiri di sisi meja.

“Dek di depan situ menulis, ayo kasih tempat duduk temannya!” Sambil menunjuk ke bangku paling depan.

“Ih tidak mau ja Kak.” Kata Adik yang diminta bergeser.

“Tidak boleh begitu, ayo kasih temannya tempat duduk.”

“Tidak mau ja’ juga duduk di situ Kak, biarmi di sini.” Hhh, ternyata adik-adik ini pilih teman juga. Saya melihat memang Mega ini anak yang jarang saya dapati bersama teman perempuan yang lain, kecuali Amel. Padahal ternyata tiap pekan bangku mereka di rolling posisi dan teman sebangkunya, kecuali beberapa orang yang mungkin telah cocok dipasangkan sebangku, seperti Isnan dan Edo. Isnan pintar dan Edo kurang, jadi mungkin saja gurunya berpikir Isnan tetap sebangku dengan Edo supaya bisa diajari.




Beberapa tulisan adik-adik kelas 4A dalam membuat kalimat yang menerapkan penggunaan tanda baca.  Berdasarkan gambarnya dapat dilihat masalah yang dihadapi adik-adik.

Lagi-lagi banyak kalimat yang sama, padahal ada adik yang duduknya berjauhan. Tetapi karena jawabannya diteriakkan dengan suara keras, jadi yang belum tahu mau menulis apa langsung menulis kalimat yang didengarnya. Bahkan, ada yang kalimatnya sama dengan contoh, hanya mengganti nama saja. Padahal sudah diberitahu untuk mencari kalimat lain, lalu beberapa juga telah dipancing untuk menemukan kalimat. Kelas hari itu berakhir dengan tugas yang dikumpul dan PR mengarang bertema “Cita-citaku”. Wali kelas mereka, Ibu Satri masuk dan bergabung dengan kami di meja guru. Adik-adik yang tadi riuh ribut mendadak menjadi kalem. Andai saja mereka juga punya keseganan yang sama. Kami bercerita sedikit tentang kondisi adik-adik hari ini, terutama Haerul dan Mega. Ibu Satri menjelaskan bahwa kedua adik itu memang punya tingkah ‘khas’.

“Memang begitu Haerul sering berulah bahkan dulu sempat dipanggil orangtuanya karena berurusan dengan wali kelasnya saat kelas tiga. Kalo Mega tidak usah terlalu di kasih hati, dia itu suka akting, kalo dikasih hati makin menjadi.” Cerita Bu Satri sambil menikmati pisang goreng yang dipesannya.

Kami jadi sedikit tahu tentang kondisi beberapa adik di kelas 4A ini. Sebagai seorang guru memang mutlak untuk mengetahui kemampuan anak didiknya dalam menerima pelajaran. Jadi guru tahu bagaimana cara mentransfer materi pelajaran agar mereka semua bisa menerima. Begitupula dengan karakter dan latar belakang anak didik yang juga perlu diketahui guru sehingga menjadi tahu bagaimana memperlakukan mereka.***

Image sources: Dokumentasi pribadi

@NN@ - @My Sweetest Palace
Kelas dua pekanan
Mulai berisik dan bikin pusing

0 komentar