Kuhitung,
telah tujuh tahun kita telah saling mengenal. Dalam masa-masa itu ada banyak
kenangan, kejadian yang terlewati. Ada banyak tawa, air mata, dan senyuman yang
terlukis. Meskipun, hanya dua tahun masa kita menjalani silaturahmi yang begitu
erat karena setiap hari bertemu, lalu setelah itu meniti jalan masing-masing
tetapi tetap saling mengingat dan menganggap. Bahkan ketika harus melepas
seseorang diantara kita yang kini entah dimana dia.
Bukan
sebuah hal baru ketika sebuah kesalahpahaman terjadi. Jangan kita salahkan
waktu karena ia memberi jarak yang terlampau lama untuk kita saling
berkomunikasi. Bukankah selalu ada Ramadhan yang mencoba mempertemukan kita?
Saling maaf dan memaafkan di hari Fitrinya, lalu kembali meretas solidaritas seperti awalnya kita
disatukan. Mari mengingatnya kembali…
Sahabatku,
ketika kesalahpahaman itu datang lagi, tak dapat dipungkiri ada pihak yang
merasa kesal, tersulut amarahnya, bahkan diam yang dalam diamnya ada entah.
Namun, adapula pihak yang merasa
bersalah, diam yang diamnya dipenuhi rasa penyesalan dan rasa bersalah.
Mengingat dan memutar memori sebelum kamu ‘begitu’ lalu ‘begitu’. Kuingatkan
kamu, kita, bahwa ini adalah tahun ketujuh kita telah saling mengenal. Ingatkah
dulu masa-masa ditahun pertama perkawanan kita? Lebih banyak konflik yang kita
rasakan. Namun, kita tetap sanggup menghadapinya, buktinya angka tujuh itu
tetap berada dalam hitunganku.
Lalu,
akankah kita hentikan hitungan pertemanan itu hanya hingga angka tujuh yang
bahkan lebih muda dari pohon mangga di depan rumahmu? Sahabatku, jika ada kata,
perbuatan, dan sikapku yang membuatmu merasa kesal, katakan padaku… biarkan aku
memperbaikinya. Aku lebih suka kamu bicara daripada diam. Bukan aku tidak peka,
namun aku takut lebih salah lagi memahami makna dari diammu. Jam di dindingku saja,
bahkan hingga angka 12, menit dan detik sekali rotasi 60, lalu berotasi
berkali-kali bahkan tak terhingga. Jika waktu yang kita habiskan untuk saling
mengenal dikonversikan ke menit, detik, bahkan sekon detik, kamu pasti tahu
berapa ratus ribu yang telah terlewati untuk itu. Tapi, aku ingin, persahabatan
kita, jika dikonversikan ke sekon detik saat kamu hitung di kalkulator, yang
muncul adalah ERROR. Begitu banyaknya angka yang tidak sanggup lagi
dimunculkannya.
Sahabatku,
tujuh tahun, dari masa kita saling mengenal, merasa cocok. Masa perkembangan
dari kita anak-anak menuju remaja dan sekarang masa dari kita seorang remaja
menuju dewasa awal. Meskipun umur bukanlah penentu kedewasaan seseorang, namun
mari mencoba bersikap dewasa. Janganlah hal kecil saja menjadikan kita berhenti
untuk berjalan bersama meski di jalan yang berbeda.
Ku
ajak kalian mengingat kembali momen-momen indah, berkesan yang pernah terlukis
dalam hidupku. Hari-hari berkesan yang aku, kalian, kita ada disana. Tersenyum,
tertawa, bahagia, saat masa sekolah kita ataupun setelah masa sekolah. Kukenang
kembali saat hari ulang tahun, jalan-jalan, perpisahan sekolah, makan-makan,
acara bebas, buka puasa bersama, halal bi halal, menyanyi, menari, latihan,
kerja tugas, menunggu pengumuman sekolah, upacara, senam jum’at pagi, dimarahi
guru, curhat-curhatan, di kelas, kerja kelompok, diskusi, tugas sekolah,
olahraga, foto-foto, saat aku, kamu, kalian jatuh cinta, bahkan untuk pertama
kalinya ku katakan secara gamblang dan terbuka tentang seseorang yang kusukai,
yang kamu sukai, yang kalian sukai, ketika kita saling mengerjai, saling
memperhatikan orang yang kita sukai, dan semua hal-hal indah lainnya yang tak bisa
kusebut secara jelas satu persatu. Bahkan, aku tidak bisa mengingat momen buruk
lebih banyak dari yang paling menyenangkan buatku. Hingga tiba saat paling
menyedihkan, berpisah. Perpisahan sekolah saat itu. Sungguh, kuakui, aku tidak
bisa melupakan masa-masa SMP-ku, dimana kalian ada didalamnya juga. Masa-masa
yang memberikan banyak warna dalam masa remajaku, menggores banyak cerita dan
makna dalam buku kehidupanku, kuharap kamu juga begitu. Sahabatku, mari
berkawan hingga tak ada lagi ruang yang mampu menyatukan kita, hingga waktu tak
lagi mampu menyatukan jiwa-jiwa yang telah berbeda. Love You, You’re My Best Friends
Ever.
when Lala have a birthday, 2010
Tribute to A.L.I.A, my best friends
ever… until now and forever –hopely. Ditulis saat bulan suci Ramadhon beberapa
hari lagi, dalam waktu itu ku ingin meminta maaf jika selama ini ada salah yang
menggores hati-hatimu, bahkan meninggalkan jejak hitam disana. Maafkanlah…
Semoga Allah mengampuni kita semua. Aamiin.
Love, Anna, Sya’ban 26th
1434