Balada Workshop Empat Bulan

Lega!

Akhirnyaaa... hari ini (26/01) masa empat bulan yang awalnya penuh kecemasan dan keraguan pada diri sendiri dan situasi yang tak tertebak resmi berakhir. Ehm, masih ada seminar proposal PTK dua pekan ke depan yang jadi penanda babak akhir semester pertama sebagai mahasiswa PPG Prajabatan Bersubsidi Teknik Kimia 2017 sih, lalu welcome di sekolah pengabdian. Tempat di mana hari-hari akan dihabiskan tidak lagi lebih banyak bersama benda mati yang menyerap segala isi kepala sampai lelah.


Makasih ibu untuk ruangannya :D

Sejak workshop dimulai 16 Oktober 2017, bekas ruang kuliah yang ditata dan difasilitasi sebaik mungkin oleh Kejur Jurusan Kimia UNM jadi ‘kantor’ kami sampai pekan pertama Februari. Ruangan yang terletak di lantai tiga tepat bersebelahan dengan lab penelitian itu tidak berarti sepi selepas kami tinggalkan. Ada pasukan gelombang dua yang meneruskan. Entah apakah atmosfer jenuh sampai mengkhayal tidak jelas, makan-makan sampai capek, cerita-cerita yang tidak pernah habis dan basi (terutama masalah menikah dan segala kata tanya yang mengawalinya), nobar film thriller dan horor yang pernah kedapatan dosen dan dikira menonton film dewasa (padahal kami sudah dewasa), juga aksi ‘tepar’ di bawah kolong meja (apalagi hari Jumat) menjadi lauk yang beraneka rupa bahkan kadang mendominasi nasi (baca: kegiatan membuat perangkat).

Serius gaes!

Jangan lupa makan gaes...
Empat bulan yang wajib dihabiskan dengan terus bersama laptop di hadapan kami dari senin sampai jumat dari jam 8 hingga 5 sore. Kadang-kadang bikin kepala terasa ingin pecah dan mata sakit karena memerah. Toh, itu tidak lantas membuat perangkat (RPP, LKPD, media pembelajaran, bahan ajar, dan lembar evaluasi) selesai tepat waktu yang biasanya bertempo 10 hari. Masih ada yang harus begadang untuk menyelesaikannya sebelum esok hari dipresentasikan. Itulah saya yang benar-benar seorang budak pengejar deadline dengan “the power of kepepet”.

Tujuan workshop PPG adalah pembuatan perangkat pembelajaran yang berpedoman Kompetensi Dasar dari Jurusan Kimia Industri dan Kimia Analisis di SMK yang dikeluarkan Dibelmawa dan Kemdikbud. Tiap pergantian siklus (per 10 hari), kami mencabut kertas gulungan yang telah tertulis nomor KD. Jadi tidak ada yang bisa memilih mana KD yang sulit atau mudah dalam pandangan, toh semuanya terasa sulit karena kami bukan tidak punya dasar teknik kimia.


Siap-siap menerima KD

Menguatkan!

Keluhan yang sering kami sampaikan kepada tiap dosen yang masuk membimbing atau mengawasi kami adalah ketidaktahuan kami tentang batasan pembahasan materi. Kurangnya bahan ajar resmi dari SMK membuat kami menggunakan referensi dari internet yang sebenarnya dipelajari di bangku kuliah. Kami benar-benar berpedoman Google untuk membuat indikator pencapaian kompetensi. Belum lagi harus disesuaikan dengan jumlah jam yang berkali lipat dari pelajaran kimia SMA, lalu pembimbing akan bilang: kalian itu calon guru SMK, bukan SMA! Jadi wajar kalau jumlah jam banyak. Itu bukan materi semua, tapi praktikumnya yang lama. Tapi kami kadang-kadang tidak punya bayangan seperti apa praktikum yang sesungguhnya di lapangan, misal pengolahan minyak bumi. Itu benar bakal mengolah minyak bumi jadi bensin?


Pendalaman materi pedagogik tiap sabtu di Phinisi UNM bareng jurusan TPI selama masa workshop

Paling ketahuan tidak tahu apa-apa adalah saat KD Kimia Industri. Mendengar bunyi KD saja, kami bertanya-tanya maksudnya apa, istilahnya baru semua, dan bahkan dosen kami yang dari Kimia murni kurang paham. Suatu hari anak dari dosen kami yang kuliah Teknik Kimia datang mengajar selama dua hari. Berusaha membantu memecahkan segala tanya tentang KD yang kami terima. Dua hari dia mengajar, dua hari batok kepala ini panas dan ingin meledak. Kayak kompresor yang overuse. Bukan dia yang kurang baik menjelaskan, saya yang lambat memahami. Bayangkan, satu pokok bahasan yang dia dijelaskan sehari sama dengan satu mata kuliah per semesternya. Itu kayak butiran gula pasir yang dibentuk jadi gula batu terus harus ditelan dan dirasakan manisnya.

Kami menghabiskan 9 siklus selama semester satu, penuh suka dan duka. Dukanya terasa saat berusaha keras mencari bahan tapi tak kunjung ketemu yang sesuai kayak cari jodoh. Setelah presentasi malah mesti merombak dari awal dalam waktu semalam. Sering juga waktu berjalan begitu lambat, padahal badan sudah terasa remuk duduk di kursi panas. Ingin pulang dan dipijat sebadan-badan.


Malah lelah ah...


Hayati juga lelah bang...

Sukanya adalah momen makan-makan bersama di kelas yang meski cuma sesaat  membuat lupa kalau perangkat belum ada yang jadi. Momen peer-teaching yang bisa bikin kami pulang sebelum jam 5 dan pertanda bahwa ada malam yang bisa dihabiskan dengan leyeh-leyeh tanpa perlu mengingat perangkat. Di samping itu, kami juga masih bisa tidur siang setelah dhuhur. Sholat 5 menit, tidur satu jam! Hm, kadang di waktu dhuha juga ada yang mencuri waktu buat tidur di Mushola.


Seminar proposal

Setelah Januari berlalu, setelah siklus berakhir betapa leganya perasaan meski di depan masih banyak tantangan menunggu. Setidaknya, kecemasan yang dulu hadir di awal tentang saya yang meragukan kemampuan diri bisa ditepis. Bahwa apapun bisa terselesaikan dengan baik jika dikerjakan. Bahwa semangat itu bisa tumbuh jika terus dipupuk, meski hama kemalasan sesekali datang menghadang. Tetap semangat jelang PPL, lalu UTN dan UKIN 2018 yang penuh aura horor. Ingatlah wahai diri bahwa dalam berjuang di kampus: 10% adalah kepintaran selebihnya adalah daya juang dan kerja keras (kutipan dari seseorang yang tidak bisa saya sebutkan namanya~).***

Hasil workshop saingannya skripsi nih...

Bismillah gaes...

Foto: Mudrika, Kak Asiah, Kak Di, Sutra

Februari 2018rewrite Juni 2018
#Latepost 

0 komentar